4 Penyakit Ini Dialami Remaja Tanjungpinang Akibat Seks Bebas

Dokter spesialis Kulit dan Kelamin, RSUD Tanjungpinang, dr. Kemala Sari, Sp.KK,FINSDV. (Foto: Ardiansyah Putra/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Terdapat empat penyakit menular seks (PMS) yang sering dialami anak usia remaja Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) akibat melakukan seks bebas.

Berikut penjelasan dari Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Tanjungpinang, dr. Kemala Sari, Sp.KK,FINSDV.

Kemala Sri menyebutkan, masih banyak anak dibawah umur yang beresiko tertular infeksi penyakit kulit dari seks bebas.

Anak-anak remaja di Tanjungpinang, rata-rata mengalami penyakit seks menular. “Dari perilaku anak sekarang yang sering bergonta ganti pasangan saat berhubungan seks, ada beberapa penyakit menular,” kata Kemala Sari, Ahad (5/2).

Adapun beberapa penyakit seks menular yang sering dialami remaja yang bergonta-ganti pasangan seks yakni;

1. Gonore (Kencing Nanah)

Ia mengatakan, jika remaja yang sering bergonta ganti pasangan seks, akan terkena gonore.

Gonore sendiri kencing nanah yang dapat timbul, setelah beberapa hari usai aktivitas seks bebas.

“Akan ada cairan putih seperti nanah yang keluar di kelamin, usai mengeluarkan air kencing,” ujarnya.

2. Sipilis

Sipilis hampir sama dengan Gonore, namun memiliki gejala yang berbeda serta nama bakteri yang berbeda.

“Jika orang yang terkena Sipilis, maka penyakit itu bisa sembuh. Namun akan selamanya dinyatakan positif sipilis,” ungkapnya.

3. Herves

Ia menyebut, penyakit ini menjadi penyakit yang gampang diidentifikasi karena hampir sama dengan sariawan.

Namun, jika sariawan dimulut terletak dimulut. Herves terdapat sariawan di kelamin, baik laki-laki ataupun perempuan.

4. Kutil Kelamin

Pada kelamin yang sering melakukan hubungan seks bebas dan bergonta-ganti pasangan, maka akan terdapat kutil pada kelaminnya.

Ia menyebutkan, untuk di Tanjungpinang sendiri masih banyak anak remaja yang berobat ke dokter kulit dan kelamin yang mengalami gejala penyakit seksual menular.

Kemala Sari berharap, agar orang tua dan anak remaja jangan tabu untuk membicarakan pendidikan seksual. Terutama untuk anak yang sudah masuk usia dewasa (balikh).

“Saat ini pendidikan seks atau berbicara soal seks antara anak dan orang tua masih termasuk tabu,” ungkapnya.

“Sebisa mungkin, orang tua mengajarkan area-area terlarang yang tidak boleh disentuh lawan jenis,” pungkasnya.

Baca juga: Gubernur Ansar Minta Kabupaten/Kota Cegah Kasus Stunting