Kearifan Lokal Kenduri di Desa Tanjung Hutan Kepulauan Riau

Tanjungpinang, Ulasan. Co – Dalam kehidupan masyarakat dapat ditemukan keberagaman suku yang. Hal tersebut merupakan suatu alasan yang menyebabkan tradisi dan budaya di lingkungan sosial hingga sekarang masih terjaga. Salah satu tradisi atau budaya yang dimaksud adalah budaya kenduri. Budaya ini sudah ada sejak zaman dahulu sebelum masuknya Islam ke Nusantara.

Kenduri memiliki arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, meminta berkah, dan sebagainya. Kenduri juga lebih dikenal dengan sebutan selametan.

Dalam praktiknya, kenduri merupakan sebuah acara berkumpul. Pada umumnya dihadiri oleh kaum laki-laki dan memiliki tujuan tersendiri. Tujuanya yang dimaksud ketika seseorang mempunyai hajat yang hendak dicapai maka ia mengadakan acara kenduri. Kenduri menjadi realita sosial yang di dalamnya terjadi interaksi sosial antar masyarakat atau interaksi sosial yang menjadikan eratnya tali silaturahmi dan menjadi media pertukaran informasi.

Pada zaman sekarang, kenduri masih banyak dilakukan oleh masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Namun acara kenduri ternyata lebih dominan melekat dan terjaga kelestarianya di wilayah pedesaan. Salah satunya di Desa Tanjung Hutan, Kecamatan Buru, Kabupaten Karimun, Kepulaian Riau.

Di desa tersebut kearifan lokal masih sangat terjaga dan masih dilestarikan tradisi dan budayanya. Budaya kenduri di desa ini memiliki tujuan dan jenis yang berbeda. Misalnya, ada namanya kenduri pernikahan yang dilaksanakan sebelum pesta pernikahan. Tujuannya agar pesta pernikahan berjalan dengan lancar. Setelah acara pernikahan ada lagi namanya kenduri syukuran. Biasanya dalam hal ini makanan yang disajikan seperti nasi beserta lauk pauk. Kenduri dilakukan dengan cara mengundang para tetangga dan kerabat untuk menghadiri kenduri dan dilakukan dengan acara pembacaan do’a oleh tokoh agama, kemudian mengadakan jamuan untuk para hadirin yang hadir di acara tersebut.

Selain itu, ada juga namanya kenduri orang meninggal yang biasanya dilakukan berulang kali mulai dari kenduri petang Jumat menjelang hari ke 100 berlanjut hari ke 3, hari ke 7, hari ke 20, hari ke 40, hari ke 60, hari ke 80, hingga hari yang ke 100. Lalu berlanjut ke 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan seterusnya. Biasanya kenduri orang meninggal disertai dengan Tahlilan. Tujuannya agar do’a dan tahlilan yang dibacakan dan diniatkan sampai dan berguna untuk meringankan beban si mayit.

Ada juga kenduri Akikah. Kenduri ini dilaksanakan sesuai dengan niatan orang tua sekaligus dilakukan agar orang tua mendapat syafaat pada hari kiamat. Kenduri akikah dilaksanakan ketika sang anak telah lahir dengan menyembelih 2 ekor kambing bagi laki-laki dan kemudian dagingnya dimasak dan dimakan bersama-sama setelah membaca serangkaian do’a-do’a.

Kenduri yang selanjutnya yaitu kenduri do’a selamat. Kegiatan ini dilaksankan atas dasar rasa syukur ketika mendapat atau meriah sesuatu. Misalnya, selepas lulus sekolah atau wisuda dan berbagai hal lainnya. Biasanya kenduri dilaksanakan secara sederhana dengan mengundang tetangga terdekat dan membaca do’a. Makanan yang di sajikan biasanya hanya mie atau kue-kue saja.

Selajutnya ada kenduri khataman. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah menyelesaikan atau mentamatkan bacaan Al-quran. Di desa Tanjung Hutan, budaya ini masih dilaksankan. Biasanya bagi orang yang bercukupan diadakan acara kenduri besar-besaran dan mengundang orang dari luar desa. Namun bagi orang yang seadanya hanya melaksanakan di rumah dengan dihadiri beberapa kaum kerabat terdekat saja sebagai ungkapan syukur telah menyelesaikan bacaan Al-quran.

Selain itu ada kenduri tolak bala. Tujuan kenduri ini dilakukan untuk memohon keselamatan dan dijauhkan dari bala yang datang. Kegiatan ini dilakukan dengan memanjatkan doa. Bala-bala disini berarti seperti musibah atau bencana atau juga hal-hal yang mengundang kesedihan. Biasanya kenduri ini dilakukan dengan bekerja sama mulai dari memasak hingga menyiapkan tempat berkumpul bersama serta membaca do’a bersama-sama.

Dalam pelaksanaan kenduri tidak memiliki proses yang jauh berbeda. Hanya saja niat dan tujuannya yang membedakan. Biasanya orang yang memimpin kenduri ialah orang yang bisa dan mengerti bacaan do’a yang dipanjatkan atau orang yang lebih tua dan paham agama.

Penulis:
Wiwen Indayani
Universitas Riau, Pendidikan Sejarah

Narasumber:
Ibu Anek, 42 tahun