Driver Taksi Online dan Konvensional Bentrok di Pelabuhan Telaga Punggur

Taksi Online dan Konvensional Bentrok
Tangkapan layar video yang merekam bentrokan yang terjadi antara driver taksi online dan taksi konvensional di Telaga Punggur, Batam, Kepulauan Riau. (Foto: Dok/warga)

BATAM – Sejumlah driver online terlibat bentrok dengan sopir taksi konvensional di Pelabuhan Telaga Punggur, Kota Batam, Kepulauan Riau, Ahad sore 15 Agustus 2024.

Perwakilan taksi konvensional Pelabuhan Telaga Punggur, Unedo Hutahuruk mengatakan, peristiwa itu terjadi sekitar pukul 17.30 WIB hingga menjelang isya. Bentrokan tersebut berawal dari adanya salah satu driver online yang mengambil penumpang di lobi pelabuhan tanpa izin, sehingga ditegur oleh salah satu sopir taksi konvensional karena dianggap melanggar kesepakatan.

“Awalnya itu ada peneguran dari sopir taksi konvensional sesuai dengan kesepakatan yang pernah dibuat,” katanya, Senin 16 September 2024.

Diketahui terdapat kesepakatan yang dibuat sejak 14 Juli tahun 2023 di Polsek Nongsa antara driver online dan taksi konvensional Pelabuhan Telaga Punggur, yaitu driver online boleh mengambil penumpang di titik yang telah disepakati di belakang baliho besar setelah gerbang kampung tua Telaga Punggur.

Kemudian taksi online dilarang mangkal di sekitar Pelabuhan Telaga Punggur. Lalu untuk penjemputan pribadi (Non Aplikasi) misalnya keluarga di dalam pelabuhan, driver online harus meminta izin kepada ketua taksi konvensional satu jam sebelum melakukan penjemputan.

Menurut Unedo, teguran itu terjadi karena adanya miskomunikasi, karena pengakuan dari driver online itu telah meminta izin kepada ketua taksi konvensional. Namun, sopir taksi konvensional di pelabuhan tersebut belum menerima konfirmasi terkait hal itu.

Untuk menghindari permasalahan, maka dilakukanlah mediasi di lantai dua pelabuhan yang difasilitasi Polsek Nongsa, akan tetapi belum menemui titik temu. Saat mediasi berlangsung, tiba-tiba sejumlah driver online datang ke pelabuhan dan terjadilah keributan tersebut.

“Saat mediasi kami mendengar ribut-ribut di lantai dasar parkiran, kami pun turun melihat situasi. Untuk jumlah massa driver online kami tidak sempat menghitung, yang jelas mereka ramai,” ujarnya.

Karena situasi semakin memanas, bentrokan pun tidak terelakan, sehingga terjadilah pemukulan oleh driver online kepada tiga orang sopir taksi konvensional.

“Ada tiga korban yang sudah divisum, Riva’i dipukul bagian mata, Fadel bagian kepala belakang sehingga bengkak di belakang telinga, dan Jhon Sianipar bengkak mata sebelah kanan,” jelasnya.

Imbas kejadian itu, pihak taksi konvensional pelabuhan Telaga Punggur pun melaporkan kejadian itu ke Satreskrim Polresta Barelang atas dugaan tindak pidana pemukulan dan pengeroyokan.

“Nanti biarlah tugas reskrim yang melakukan pengusutan, yang penting kami menjalankan tanggung jawab kami,” ucapnya.

Ia juga menyangkal kabar adanya perjanjian lisan antara taksi konvensional dan taksi online di mana driver online boleh mengambil penumpang di lobi pelabuhan.

“Kami tidak ada terlibat dalam perjanjian itu, perjanjian itu kabarnya dibuat oleh seorang sopir taksi plat hitam bernama Jhon, tapi tidak ada kaitannya dengan kami,” tegasnya.

Ia pun berharap kedepannya kedua belah pihak menjalankan aturan yang telah disepakati sebagaimana mestinya.

“Kami tidak egois kalau betul-betul mau cari makan sama-sama, ayok kita jalani kesepakatan yang sudah ada. Kami tidak memungkiri kehadiran teknologi, tapi pikirkan kami juga, kami sudah lama ada disana. Disitulah teman-teman taksi konvensional menggantungkan hidup,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua Komunitas Andalan Driver Online (Komando) Batam, Feryandi Tarigan, memberikan klarifikasi terkait bentrokan yang terjadi antara driver online dan sopir taksi konvensional tersebut.

Ia pun membantah adanya dugaan tindakan pemukulan oleh driver online terhadap sopir taksi Konvensional saat bentrokan tersebut.

Menurut Feryandi, bentrokan terjadi setelah salah satu anggotanya mengalami persekusi oleh sopir taksi konvensional di Pelabuhan Telaga Punggur saat melakukan penjemputan non-aplikasi, atau secara manual, di area lobby pelabuhan.

“Semalam itu anggota kita jemput manual, non-aplikasi. Selama ini di lobi atas tidak dipermasalahkan, tapi setelah pergantian ketua taksi pangkalan, hal itu jadi dipermasalahkan,” ujar Feryandi.

Menurutnya, sudah ada upaya persuasif sebelumnya agar taksi pangkalan tidak menahan-nahan driver online. Namun, hal ini terus berulang hingga membuat rekan-rekan sesama driver online ramai-ramai datang ke lokasi.

Feryandi menjelaskan bahwa pada tahun 2023, memang sudah ada kesepakatan mengenai titik penjemputan didekat gerbang Kampung Tua Telaga Punggur.

“Kami ada perjanjian di tahun 2023, ada titik poinnya, tapi perjanjian itu juga ada evaluasi ke depannya sesuai kebutuhan,” jelasnya.

Feryandi juga menyebutkan bahwa ada perjanjian lisan dengan ketua taksi pangkalan, Abdul Wahab, yang memperbolehkan driver online dari Komando untuk melakukan penjemputan manual dengan melapor di lobi bawah, sementara pelaporan dan penjemputan driver online yang lain dilakukan di lobi atas.

“Bahkan tiga hari sebelum keributan semalam, kami sudah ribut, dan dimediasi Polsek Kawasan Pelabuhan dan oleh sudah dibuat grup pengawasan bersama dan berjalan lancar, setiap jemput kami lapor,” jelasnya.

“Tapi setelah tiga hari, ketua taksi pangkalan keluar dari grup bilang dia tidak bisa memberikan izin lagi untuk penjemputan di lobi atas, dan meminta kembali kepada peraturan yang lalu,” ujarnya.

Baca juga: Disparbud Batam: Konflik Taksi Online vs Konvensional Bisa Ganggu Amenitas Kunjungan Wisman

Feryandi pun menuding ketua taksi pangkalan telah tidak komitmen dengan hasil mediasi. Kemudian mengenai adanya laporan kepolisian yang dibuat pihak taksi konvensional terkait dugaan pemukulan akibat insiden tersebut. Ia pun menampik terdapat aksi pemukulan oleh driver online.

“Gak ada pemukulan, yang ada hanya dorong-dorongan aja,” katanya.

Saat ini, pihaknya sedang menunggu undangan mediasi bersama, yang melibatkan BP Batam taksi konvensional, termasuk Komando untuk mencari solusi atas permasalahan ini.

“Kami lagi menunggu undangan mediasi bersama antara BP Batam, taksi konvensional, dan Komando,” tutup Feryandi. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News