Rupiah Keok Tertekan Geopolitik Timur Tengah, Sentuh Rp15.415 per Dolar AS

Ilustrasi perdagangan valas Rupiah dan Dolar Amerika Serikat (AS). (Foto:Dok/Cermati)

JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan pelematan selama empat hari berturut-turut, Kamis 03 Oktober 2024.

Melansir Refinitiv, posisi rupiah keok ditutup angka Rp15.415/US$ pada perdagangan hari ini, Kamis 03 Oktober 2024, melemah 1,02 persen dari sehari sebelumnya.

Posisi itu menjadikan rupiah berada di posisi paling lemah sebulan lalu tepatnya 12 September 2024.

Bersamaan dengan pelemahan rupiah, indeks dolar AS (DXY) menguat ke titik 101,86 dengan penguatan sebesar 0,18 persen.

Keoknya rupiah disebabkan beberapa faktor, seperti dipengaruhi ketegangan geopolitik yang makin memanas di Timur Tengah.

Kemudian, ‘wait and see’ data ekonomi AS dan efek stimulus jumbo China, hingga sampai aliran dana asing masih deras keluar.

Sebagaimana kita tahun, Iran pada awal bulan ini melancarkan serangan rudal besar-besaran ke Israel yang langsung dibalas dengan janji balasan dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Ketegangan geopolitik Timur Tengah tersebut, tentunya meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan lonjakan harga minyak dunia, yang dikhawatirkan akan naik tajam jika serangan berlanjut ke ladang minyak Iran.

Selain faktor geopolitik, pidato dari Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell, juga turut memicu sentimen negatif terhadap rupiah.

Powell mengisyaratkan bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan sebesar yang diharapkan oleh pasar, dengan perkiraan hanya dua kali pemotongan masing-masing 25 basis poin pada akhir tahun.

Keputusan ini mengecewakan pelaku pasar yang semula berharap adanya pemotongan lebih besar, yakni 50 basis poin, guna mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi AS.

Pelaku pasar kini berada dalam posisi menunggu data ekonomi AS selanjutnya, terutama terkait klaim pengangguran dan data Non-Farm Payrolls yang diperkirakan akan menunjukkan perlambatan di sektor pekerjaan.

Dampak dari ketidakpastian global tersebut juga membuat indeks dolar AS (DXY) kembali melambung dan mencapai level tertinggi dalam sebulan terakhir. Penguatan dolar ini memicu keluarnya aliran dana asing dari pasar Indonesia.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa dalam sepekan terakhir, investor asing telah menarik dananya sebesar Rp6,02 triliun dari pasar saham.