Oleh: Ilham Mandala Anugrah
Berbicara tentang kiprah sebuah organisasi yang cukup tua, seperti halnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), adalah tak terlepas dari kontribusi pemikiran para tokoh intelektual yang menjadi aktor utama organisasi masing-masing. Dalam lingkup HMI salah seorang tokoh utama yang dimaksud adalah Nurcholis Madjid.
Nilai-nilai Dasar Perjuangan (NDP) merupakan salah satu dokumen organisasi tertua yang digunakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sampai hari ini. Pertama kali disampaikan pada forum Kongres X HMI di Malang tahun 1969, NDP dimaksudkan sebagai teks rumusan pokok-pokok ajaran Islam dengan merujuk pada sumbernya yang utama, yaitu Al Quran dan Hadis. NDP menjadi semacam ijtihad pemikiran kaum muda muslim ketika itu, untuk menegaskan persepsi-persepsi mereka terhadap ajaran Islam.
HMI yang didirikan pada tahun 1947 oleh Lafran Pane dan kawan-kawannya memang berdiri diatas visi keislaman dan keindonesiaan yang unik. Tujuan awal didirikannya HMI adalah untuk mempertahankan Negara Indonesia dari agresi militer Belanda dan mengembangkan ajaran Islam.
Baca juga: Kontemplasi Masa Depan Perang Dagang Amerika-China
Visi ini meyakini bahwa Islam sebagai ajaran yang universal perlu ditafsirkan menurut konteks lokalitas ke-Indonesiaan dan kemodernan zaman. Sehingga bagi HMI, antara Islam dan konsep negara-bangsa Indonesia tidak terdapat pertentangan.
Islam sebagaimana dipahami HMI inilah yang kemudian termaktub sebagai asas HMI, Islam menjadi sumber motivasi, pembenaran dan ukuran bagi HMI dalam gerak perjuangan mencapai tujuannya.
Kualifikasi HMI sebagai gerakan pemuda adalah keislaman, maka selain harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keindonesiaan dan kemahasiswaan, HMI juga harus tampil sebagai pendukung nilai-nilai keislaman. Sekalipun dukungan pada nilai-nilai keislaman itu tetap dalam format yang tidak dapat dipisahkan dari keindonesiaan dan kemahasiswaan. Artinya, penghayatan HMI pada nilai-nilai keislaman itu tidak dapat lepas dari lingkungan keindonesiaan NDP bagi kader HM Imerupakan dasar dalam perjuangan hidup baik dalam berorganisasi, bermasyarakat, dan bernegara.
Baca juga: “Membongkar Misteri Kotak Pandora”
Kader HMI sebagai bagian dari pemuda harus mengambil peran penting dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai organisasi kader dan membangun kembali gerakan intelektual yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kebajikan serta tetap pada independensinya seperti yang ada dalam gagasan pokok masyarakat madani.
HMI mulai mengadakan latihan kader secara sistematis yang hingga saat ini masih eksis menjadi ‘mata air’ perkaderan. Sampai di sini, kian terang terlihat dan matang arah perjuangan HMI untuk menumbuhkan semangat memajukan Keislaman di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tradisi intelektual mulai digalakkan melalui penggalian atas kajian keislaman, pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, kajian sosial, budaya, politik, hukum serta beragam teori-teori pengetahuan lainnya. Tujuannya untuk menggugah semangat berislam, menggugah penghayatan umat Islam bahwa ajaran agama Islam senafas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan keindonesiaan. (*)