Ahli Epidemiologi UI Minta Menkes Budi Gunadi Hentikan Vaksin Nusantara, Begini Penjelasannya

Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin untuk menghentikan vaksin nusantara demi kepentingan kesehatan masyarakat Indonesia. Pasalnya, vaksin nusantara yang mengandung vaksin dendritik, sebelumnya banyak digunakan untuk terapi kepada pasien kanker yang merupakan terapi yang bersifat individual.

Menurut Pandu, untuk imunoterapi kanker bukan karena setiap orang diberi jumlah sel dendritik, tetapi karena setiap orang sel dendritik-nya bisa mendapat perlakuan yang berbeda. Dalam hal ini yang disesuaikan adalah perlakuan terhadap sel dendritik tersebut. “Jadi pada imunoterapi kanker sel dendritik tetap diberi antigen, tetapi antigennya bisa dari tumornya dia sendiri. Karena itu sifatnya personal,” kata Pandu dalam pernyataan resminya, Sabtu (20/2).

Dalam kesempatan itu, Pandu memberikan dua catatan penting terkait vaksin nusantara. Pertama, membandingkan perbedaan sel dendritik pada terapi kanker dengan vaksin dendritik. Bahwa untuk terapi kanker sel dendritik yang dibiakan ditambahkan antigen tumor diisolasi dari darah pasien untuk kemudian disuntikkan kembali kepada pasien tersebut.

“Sementara, pada vaksin, sel dendritik ditambahkan antigen virus,” ujarnya. Kedua, bahwa sel dendritik perlu pelayanan medis khusus karena membutuhkan peralatan canggih, ruang steril, dan inkubator CO2, dan adanya potensi risiko.

Dengan demikian, sangat besar risiko, antara lain sterilitas, pirogen (ikutnya mikroba yang menyebabkan infeksi), dan tidak terstandar potensi vaksin karena pembuatan individual. “Jadi, sebenarnya sel dendritik untuk terapi bersifat individual, dikembangkan untuk terapi kanker. Sehingga tidak layak untuk vaksinasi massal,” tegas Pandu.