Air Terjun Pongkar, Serpihan Surga yang Jatuh di Baruh Gunung Jantan

Air Terjun Pongkar

Ulasan.co – Air Terjun Pongkar terletak di desa Pongkar, namun lebih spesifiknya berada di baruh gunung Jantan. Untuk menuju objek wisata ini, kamu akan menempuh waktu sekitar 1 jam dari pusat kota, baik menggunakan tranportasi umum maupun pribadi. Setelah itu melewati perbukitan penuh tikungan, ditemani pepohonan tinggi menjulang di sepanjang perlintasan.

Sesampainya di pintu masuk dan memarkirkan kendaraan di lahan parkir. Kamu akan disambut dengan jembatan kecil, kemudian mendaki jalanan setapak bebatuan, diapit sungai-sungai kecil berair jernih, serta kawasan hutan lebat dan meneduhkan merupakan panorama khusus yang kamu dapatkan ketika menuju ‘serpihan surga’ yang jatuh tersebut.

Menurut rumor beredar, air terjun mungil ini memiliki tujuh tingkatan. Tetapi hingga sekarang hanya ada dua yang terlihat dan terjamah oleh manusia. Lantas ke manakah sisanya?

Karakteristik air terjun tersebut tidak seperti air terjun pada umumnya. Tebing air terjun di desa Pongkar tidak terlalu tinggi dan tidak berarus besar. Di tingkatan paling bawah, terdapat 2 kolam besar yang menampung aliran air yang jatuh itu. Banyak pengunjung yang berenang atau sekadar menikmati pemandangannya. Namun, bagi kamu yang ingin menikmati ketenangan dan kesunyian, kamu bisa mendaki sedikit lagi menuju tingkatan ke dua.

Di sana irismu akan dimanja dengan pepohonan besar, aliran sungai yang mengalir, serta sekelompok primata jinak yang menguasai setiap sudut kawasan hutan gunung paling tinggi di kabupaten Karimun. Ada satu bangku kayu sebagai tempat bersantai. Bila menginginkan lebih kamu bisa menggelar tikar, dan membuka perbekalan dari rumah.

Tiket masuk terbilang murah, Rp2.000/orang. Fasilitas yang dimiliki oleh objek wisata ini adalah mushalla, warung makan, lahan parkir yang luas, dan WC atau kamar mandi. Namun, di balik kelebihannya masih terdapat beberapa tangan nakal yang membuang sampah sembarangan. Di beberapa sudut masih ditemukan berbagai bungkus plastik camilan maupun botol mineral bekas yang berserakan.

“Banyak sampah di mana-mana, padahal sudah terpampang protokol menjaga kebersihan dan disediakan tong sampah meskipun berjumlah sedikit,” kata Lamina, pengunjung yang turut prihatin dengan kondisi objek wisata tersebut, Minggu (10/1).

Menurutnya panorama Air Terjun Pongkar begitu indah, udaranya dingin, dan masih asri. Namun sayang, kurangnya kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan membuatnya sedikit ‘gerah’. Pasalnya membuang satu sampah sembarangan, akan menimbulkan seribu satu macam bencana. Ditambah lagi air terjun ini terletak di kawasan hutan lindung gunung Jantan. Bukankah sebaiknya sebagai pendatang harus menjaga sikap? Agar satwa-satwa tetap terpelihara di kawasan ini.

“Saya berharap kedepannya pengelola dan para pengunjung dapat lebih mempedulikan ‘serpihan surga’ ini. Seperti membuat sebuah program sukarela membersihkan kawasan objek wisata tersebut, minimal setiap bulan. Toh, jika tidak bisa setidaknya pengunjung setiap kemari usahakan tidak meninggalkan sampahnya,” tutupnya, sambil menenteng sekantong plastik besar hasil sukarela memungut sampah di sini.

Serpihan surga adalah tempat-tempat yang masih memiliki panorama memukau dengan alam yang masih terjaga. Lantas, jika sudah seperti ini. Masih layakkah Air Terjun Pongkar disebut sebagai ‘serpihan surga’ yang jatuh di baruh Gunung Jantan?

Pewarta : Meta.