AJI Gelar IFCS di Palembang, Menakar Kepercayaan Publik pada Media

Suasana acara IFCS 2024 yang digelar AJI di Palembang, Kamis (02/05/2024). (Foto:Dok/AJI)

Ninik juga mengingatkan jika pembaca bisa turut menjaga kualitas pers dengan melaporkan jika terjadi pelanggaran atas fungsi media.

“Sebanyak 97 persen pengaduan datang dari media sosial,” katanya.

Upaya literasi media juga dilakukan oleh Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). Wakil Ketua Umum AMSI Upi Asmaradhana menyebutkan, terdapat upaya membantu media mempertahankan kualitas lewat Trustworthy News Indicators.

“Untuk mendapatkan Trustworthy News, media massa itu harus memenuhi 11 indikator dari AMSI,” ujar Upi Asmaradhana.

Indikator tersebut menjadi cerminan dari kualitas, dan kredibilitas media massa arus utama tersebut. Sedikitnya 100 media telah mendapatkan label Trustworthy News dari AMSI.

Pada talkshow kedua adalah tentang tiga penelitian tentang praktik Cek Fakta di antara Jurnalis.

Dalam talkshow bertajuk ‘Mencari Praktik Ideal Pemeriksaan Fakta bagi Ruang Redaksi di Era Post Truth’, tiga narasumber menyampaikan hasil riset mereka, antara lain Pandan Yudhapramesti Kaprodi S-1 Jurnalistik Universitas Padjajaran, Purnama Alamsyah dari BRIN, dan Anastasya Adriarti akademisi dari Universitas Bakrie. Kemudian hasil riset itu ditanggapi oleh Profesor Masduki dari Universitas Islam Indonesia.

Dalam risetnya, Pandan meneliti praktik redaksi dalam menentukan metode Cek Fakta di Indonesia. Meneliti tujuh Lembaga Cek Fakta, yaitu Mafindo, Tirto.id, Kompas.com, Tempo.co, Liputan6.com, Cekfakta – Suara.com dan AFP periksa fakta.

Salah satu simpulannya adalah sebagian besar konten diambil dari platform Facebook.

“Ini karena kerja sama dengan Meta/Fb,” katanya. Selain itu media juga memiliki model otonom dalam menentukan tema konten.

Sedangkan Purnama Alamsyah membagikan temuan risetnya yang berjudul Menelusuri Disinformasi Ruang Gema dalam Pemilihan Presiden di Youtube. Fokus pada Pilpres 2019 dan 2024.