Alumni PBSI FKIP UMRAH Giat berkarya di Masa Pandemi

Buku Merkah Gugur Karya Alumni PBSI.

Tanjungpinang, Ulasan.co – Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji kembali berkarya meskipun dimasa pandemi dengan merilis buku keduanya setelah 2018 melahirkan buku pertamanya “121 hari di Shimotsuma”.

Buku keduanya berjudul Merekah Gugur merupakan karya sastra tunggal kedua dari alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Maritim Raja Ali Haji yang dirilis pada 23 Juni 2020 lalu, tepat di hari ulang tahunnya di masa pandemi COVID-19.

Usut punya usut, ternyata buku merekah gugur berbeda dari buku sebelumnya. Buku tersebut bukalah sebuah Novel, melainkan prosa senandika yang berisi catatan-catatan pendek yang diambil dari pengalaman hidup banyak orang. Pengalaman yang dimaksud bukan hanya tentang asmara saja, melainkan ada juga tentang seseorang yang merasa hidupnya tidak berharga lagi seperti direndahkan dan diremehkan.

“Alhamdulillah, tepat di 23 Juni lalu, saya merilis buku kedua saya. Buku merekah gugur ini sedikit berbeda dari buku pertama saya. Buku pertama itukan novel, tapi kali ini berupa prosa senandika yang berisi catatan-catatan pendek. Ide cerita terinspirasi tidak hanya dari pengalaman pribadi melainkan juga dari pengalaman orang lain,” katanya saat ditemui di sebuah cafe di Kota Tanjungpinang, Selasa (22/12).

Alasan penulis memilih judul Merekah Gugur, karena judul tersebut menyiratkan tentang suatu peristiwa ketika merasa bahagia bisa saja sewaktu-waktu terjatuh. Dalam hidup tidak semua perjalanan bisa di terka-terka manusia sebagaimana yang telah direncanakan, kadang apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diharapkan bahkan membuat kita tidak berdaya menghadapinya.

“Sebenarnya dalam hidup ini, kita hanya dilarang untuk menyerah bukan patah dan kecewa atau apapun itu menurut saya, judul Merekah Gugur adalah kesimpulan pendek yang tepat untuk menggambarkan buku ini. Jadi, kadang yang terjadi selalu tidak sesuai dengan rencana kita. Itulah mengapa arti lapang dada dan bangkit menjadi topik utama dalam buku ini,” jelasnya.

Pria yang juga merupakan salah satu pendiri Forum Literasi Kundur, selain merilis buku keduanya, pada bulan Agustus lalu ia juga merilis lagu Mars PBSI yang dipersembahkannya untuk prodi setelah ia menjadi alumni.

“Kalau mengenai lagu Mars PBSI itu, iya, kita rilisnya kemarin tepat hari kemerdekaan RI. Jadi lagu itu dikerjakan lebih kurang dua bulan dengan kondisi masih pandemi COVID-19 setelah saya dinyatakan lulus,” katanya.

Ia juga menceritakan bahwa lagu itu tidak dikerjakan sendirian. Ada banyak pihak yang terlibat dan berkontribusi besar baik itu secara individu maupun kelompok.

“Bercerita tentang lagu Mars PBSI itu sebenarnya tidak sendirian. Beberapa orang di prodi juga terlibat dalam proses meski secara virtual di lakukan. Dari mahasiswa ada juga yang membantu mengisi suara dan dosen juga membantu di bagian lirik sebagai bentuk kelayakan lagu,” jelasnya.

Lagu tersebut dibuat sebagai upaya memperkenalkan identitas prodi dan menanamkan jati diri mahasiswa sebagai mahasiswa PBSI.

“Motivasi lagu itu dibuat sebagai bentuk apresiasi kita dengan prodi dan memperkenalkan identitas jurusan juga jati diri mahasiswa sebagai mahasiswa PBSI, jadi semuanya kita sampaikan melalui lirik,” terangnya.

Di sisi lain, Legi Elfitra sebagai sekretaris jurusan PBSI menyatakan apresiasinya pada Boby Julian sebelum dan setelah menjadi alumni PBSI.

“Boby Julian itu sosok yang sangat kreatif dan multitalen. Apa yang dilakukannya tentu bisa merefleksi mahasiswa lainnya sehingga menjadi semakin semangat dalam berkarya. Semoga setelah beliau lulus, ada mahasiswa lainnya yang memiliki semangat yang sama dalam berkarya,” ungkapnya.

Selain itu, Dita Nurmayanti selaku ketua HIMA PBSI mengatakan Boby Julian adalah sosok senior yang bisa merangkap ke segala bidang, meskipun beliau dulunya tidak aktif di HIMA PBSI, tetapi beliau punya caranya sendiri berkontribusi untuk PBSI UMRAH.

“Bang Boby Julian itu senior yang bisa merangkap ke segala bidang, meskipun beliau bukan mahasiswa aktif di organisasi HIMA PBSI atau organisasi lainnya, tetapi beliau punya caranya sendiri berkontribusi untuk PBSI UMRAH dengan ide-idenya yang liar baik berkarya untuk pribadi maupun umum. Hal itulah yang akhirnya memberikan semangat bagi kami untuk tetap berkarya, pengaruh bang Boby sebelum dan sesudah menjadi alumni masi sangat berpengaruh sampai saat ini bagi kami mahasiswa PBSI,” katanya.

Pewarta: Nopi dan suprianti
Editor: Lek