Ancaman Resesi Global Bikin Cemas Apindo Batam

Pelabuhan Batu Ampar di Batam, tempat bongkar peti kemas. (Foto:Muhammad Ishlahuddin/Ulasan.co)

BATAM – Situasi dunia saat ini sedang kekhawatiran dari ancaman resesi global yang sudah di depan mata. Bahkan beberapa negara di dunia sudah masuk daftar antre pasien International Monetary Fund (IMF).

IMF atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Dana Moneter Internasional, merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang menyediakan bantuan keuangan berupa pinjaman serta masukan kepada negara anggotanya.

Beberapa negara yang mengantre jadi pasien IMF tersebut, dikarenakan situasi keuangan atau perekonomian negaranya sedang dalam ketidakstabilan.

Dalam situasi ini, Kota Batam sebagai pusat industri di Kepulauan Riau tentunya cemas dengan ancaman resesi global. Lantaran, industri di Batam juga bergantung pada pasar global.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kota Batam, Rafki Rasyid menilai, pengusaha di Batam lebih khawatir dalam menghadapi ancaman resesi global beberapa waktu mendatang.

Pasalnya, industri manufaktur dan penunjangnya sangat bergantung dengan pasar global.

“Jadi ketika terjadi penurunan permintaan dari pasar global akibat resesi dan inflasi, industri di Batam yang akan lebih merasakan ketimbang perusahaan yang beroperasi di daerah lain,” kata Rafki melalui sambungan telepon, Selasa (18/10).

Baca juga: Singapura Beri Sinyal Khusus untuk Kemajuan Dunia Pariwisata dan Investasi Batam

Penurunan potensi ekspor dari Batam diperkirakan akan terjadi, jika resesi global memang terjadi. Dalam hal ini perusahaan di Batam, sudah harus bersiap dengan beberapa langkah antisipasi.

“Mulai dari menahan untuk tidak menambah bahan baku, juga menahan untuk tidak merekrut tenaga kerja baru terlebih dahulu sampai kepastian mengenai kondisi permintaan tahun depan terjadi,” kata dia.

Langkah itu tentunya akan membuat melambatnya permintaan terhadap tenaga kerja di Batam. “Kita berharap jangan sampai terjadi PHK tentunya,” kata dia.

Untuk itu pemerintah sebaiknya memberikan insentif kepada perusahaan, apabila memang nantinya terjadi resesi global yang mengancam keberlangsungan usaha di Batam.

“Mungkin beberapa insentif dalam bentuk keringanan pajak, dan restrukturisasi kredit bisa diberikan kepada perusahaan perusahaan di Batam,” kata dia.

Namun, Apindo berharap penurunan permintaan global tidak begitu drastis. Sehingga pelaku usaha di Batam dapat tetap mengekspor produknya ke berbagai negara tujuan ekspor di seluruh dunia.

“Tapi ancaman resesi dan inflasi dunia ini memang sudah mulai terasa dan berada di depan mata,” kata dia.

Beberapa ekspansi sudah dilakukan, sebagai indikator lahan atau bangunan di Batamindo sudah penuh semua.

“Artinya ekspansi usaha melalui investasi baru dari investor yang ada sudah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu,” kata dia.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Ingatkan Dunia dalam Bahaya

Dengan adanya ancaman resesi global di tahun depan, Apindo berharap ekspansi itu terus dilakukan. Karena akan membantu perekonomian Batam melalui peningkatan investasi.

“Tentu saja para investor yang sedang melakukan ekspansi ini juga ketar ketir dengan perkembangan ekonomi global,” kata dia.

“Tapi jika sudah setengah jalan kita sarankan dilanjutkan saja karena kemungkinan resesi berlangsung singkat nantinya akan membuat permintaan terhadap produk produk dari Batam di pasar global, tetap ada,” paparnya.

Diversifikasi pasar ekspor sebenarnya juga sudah berkembang cukup baik. Bahkan Batam sudah menjadi pengekspor komponen chip ketika krisis chip global terjadi dan industri semikonduktor di Batam sudah berkembang cukup pesat juga.

Selain itu berkembangnya industri digital akan membuat Batam juga mengekspor tidak hanya tangible product namun nantinya juga intangible product seperti software ataupun aplikasi digital, juga akan jadi andalan ekspor dari Batam.

“Harapan kita kalau bisa Batam juga bisa menggaet produsen mobil listrik karena arahnya nanti masyarakat di dunia akan beralih kendaraan listrik,” kata dia.

Ia menilai, saat ini sudah ada beberapa investor yang masuk mengembangkan industri energi baru dan terbarukan. Ini akan lebih lengkap jika Batam bisa menghadirkan pabrik mobil listrik.

Menggaet dana dari Inggris

Beberapa waktu lalu, Kepala BP Batam, Muhamad Rudi melakukan lawatan ke Inggris, mempromosikan Batam. Padahal negara tersebut sedang resesi.

Ia menilai, upaya pemerintah menggaet dana asing dari Inggris, dalam kondisinya seperti sekarang ini agak berat.

“Investasi dari Inggris juga sebenarnya termasuk relatif kecil yang masuk ke Batam, biula dibandingkan dengan negara negara lain di dunia ataupun Eropa seperti Jerman dan Perancis,” kata dia.

Apindo berharap, BP Batam terus bekerja membenahi infrastruktur investasi terutama pelabuhan dan berusaha untuk mengisi lahan kosong di Batam dengan investor baru.

“Apindo akan terus bekerjasama dan memberikan masukan yang konstruktif kepada BP Batam agar Batam bisa lebih maju lagi bersaing dengan kawasan ekonomi khusus lain di negara negara di kawasan ASEAN,” tutupnya.

Baca juga: Rudi Tawarkan University of Nottingham Buka Kampus di Batam