Ancaman Tenggelam hingga Tsunami Jakarta dan Mitigasi Bencana

Warga berjalan di atas jembatan kayu di perkampungan nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (31/7/2021). (Foto: Antara)

Jakarta – Hujan lebat disertai rob akibat air pasang laut kerap menghantui Andi, warga Cilincing Jakarta Utara, karena dipastikan tempat tinggalnya akan terendam banjir.

Meski tidak harus sampai mengungsi, tapi tetap saja kejadian alam itu mengganggu aktivitas dirinya dan warga di pesisir Jakarta tersebut.

Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam pidatonya di kantor Direktur Intelijen Nasional AS pada 27 Juli 2021 menyebut bahwa Ibu Kota RI, DKI Jakarta, dalam kondisi terancam tenggelam karena kenaikan level permukaan air laut.

Hal ini disebabkan karena perubahan iklim yang saat ini sedang menghantui seluruh dunia.

Badan Antariksa AS NASA mengatakan meningkatnya suhu global dan lapisan es yang mencair membuat banyak kota di pesisir, seperti Jakarta menghadapi risiko banjir dan juga luapan air laut yang semakin besar.

Peristiwa cuaca ekstrem yang lebih umum dan lebih mematikan, kerawanan pangan dan air serta naiknya permukaan laut, kata Biden, mengakibatkan perubahan iklim dan mendorong migrasi yang lebih besar dan menimbulkan risiko mendasar bagi komunitas yang paling rentan.

Merujuk pada laporan analis bisnis Verisk Maplecroft (12/5), menempatkan Jakarta di peringkat teratas kota paling rentan krisis iklim dari 576 kota besar di dunia.

Baca juga: MUI: Jangan Anggap Enteng Prediksi Jakarta Tenggela

Dalam laporan itu, Jakarta masih dirundung beragam masalah lingkungan. Mulai dari penurunan muka tanah akibat penyedotan air tanah tidak terkendali, kelangkaan air bersih, ancaman banjir serta prediksi terancam tenggelam pada 2050.

Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah memproyeksikan permukaan laut pada 2050 dan 2100 akan naik 25-50 cm.

Kenaikan permukaan laut, menurut hasil penelitian, akan mengancam warga kawasan pesisir di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang dan Demak di Provinsi Jawa Tengah.

Adanya banjir rob juga diperparah dengan munculnya fenomena penurunan muka tanah (land subsidence) yang sebagian besar terjadi di pesisir Pantai Utara Jawa antara lain Jakarta, serta di Jateng pada Pekalongan, Semarang dan Demak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *