JAKARTA – Pemerintah Indonesia tengah fokus meningkatkan rasio penggunaan minyak kelapa sawit untuk menjadi bahan bakar (BBM) jenis biodiesel sebanyak 40 persen (B40).
Bahkan Presiden RI Prabowo Subianto menyebutkan rencana mengembangkan B50 hingga B60. Rencana itu mendapat tanggapan dari pakar.
Guru Besar Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Deendarlianto mengingatkan bahwa masih ada potensi energi lainnya yang bisa dikembangkan.
“Ada bioetanol. Kemudian ketika kita berbicara sektor transportasi juga ada hubungannya dengan sektor pembangkit seperti implementasi dari EV, electric vehicle (kendaraan listrik). Saya sih berpikiran sebaiknya pemerintah stick on the plan saja,” kata Prof Deendarlianto, Senin 06 Januari 2025 mengutip detikinet.
Pria lulusan S3 Universitas Tokushima, Jepang itu menyebutkan, sudah ada rencana mengenai berapa persen kontribusi pemanfaatan masing-masing energi. Semua dicanangkan dalam Rencana Umum Energi Nasional. RUEN merupakan alat, dan peta jalan pengelolaan energi sampai tahun 2050.
“Itu sudah dihitung semuanya, kapasitas industri kita, kemampuan rantai pasok kita, pertimbangan berapa CO2 yang akan keluar, itu kan sudah dihitung dalam peraturan itu,” ucap Prof Deendarlianto.
“Kalau (menurut) saya sendiri, coba cermati itu dulu saja. Jangan karena euforia, kemandirian pangan yang terlalu berlebihan, kemandirian energi yang terlalu berlebihan, akhirnya merusak ekologi. Kemudian juga kesehatan pasar dan juga sosial impact study-nya juga perlu dipertimbangkan,” jelas dia menambahkan.
Baca juga: Pemerintah Edarkan BBM Biodiesel B40 Mulai 1 Januari 2025
Prof Deen menyampaikan, jika sekarang pemerintah membicarakan soal pengejaran pada B60, dirinya hanya berpikir apabila sektor transportasi tidak dapat menyerap, kemudian akhirnya dialihkan ke sektor pembangkit, pada faktanya sektor pembangkit sudah oversupply.
“Jawa sendiri, kita sudah super oversupply listrik. Sekarang PLN pun sedang berusaha melakukan co-firing dengan Biomassa. Apalagi tambah lagi biofuels. Kalau saya sih, sebaiknya pemerintah hati-hati saja,” terang Prof Deen.
Kemudian Presiden RI, Prabowo Subianto menyampaikan dalam pidatonya soal rencana meningkatkan rasio penggunaan kelapa sawit untuk biodiesel menjadi 50 persen (B50) pada tahun ini.
“Saya pikir Brasil lebih maju bersama kami soal penggunaan biofuel yang berasal dari nabati. Dan Anda sangat berhasil dengan etanol, kami menuju biodiesel. Memproduksi diesel dari kelapa sawit,” kata Prabowo seperti disiarkan di Youtube Sekretariat Presiden.
“Sekarang kami di 35-40%, kami mau meningkatkannya ke 50% pada 2025,” tambah Presiden Prabowo.
Diketahui, pemerintah menetapkan penerapan BBM jenis solar dengan campuran bahan bakar nabati biodiesel berbasis minyak sawit sebesar 40 persen atau B40 mulai 1 Januari 2025.
Ketetapan ini disampaikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat 03 Januari 2025 lalu..
“Kementerian ESDM baru selesai melakukan rapat internal membahas secara detail terkait urusan biodiesel. Kami telah memutuskan peningkatan biodiesel dari B35 ke B40, dan hari ini kami umumkan sudah berlaku mulai 1 Januari 2025,” ujar Bahlil.