Angan Besar, Tenaga Kurang

Robby Patria, Tenaga Pengajar UMRAH
Robby Patria, Tenaga Pengajar UMRAH. (Foto: Dok Robby Patria)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi (PT) di Provinsi Kepulauan Riau sebesar 27,59 persen pada tahun 2021. Angka ini di bawah APK PT nasional yang sudah mencapai angka 37 persen lebih. Padahal anggaran untuk alokasi bidang pendidikan terus meningkat. Bahkan tahun 2024 Dinas Pendidikan mendapatkan anggaran Rp 1 triliun lebih. Pantastis bukan. Publik harus mengawal ke mana anggaran sebanyak itu dialokasikan dalam rangka mencerdaskan anak anak bangsa.

APK itu berarti, anak anak di Kepri yang berusia 19-24 tahun hanya 27 persen lebih yang dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi setelah mereka lulus SMA sederajat. Di tahun 2020 jumlah lulusan SMA di Kepri luar siswa SMK mencapai 14.383.  Dari jumlah tersebut jika kita ambil persentase hitungan BPS yang kuliah hanya 3.890 orang lebih.

Jika dibandingkan dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah mencapai 74,90 persen lebih, maka APK PT Kepri jauh tertinggal. Dibandingkan dengan Sumatera Barat pun kita tertinggal. Sumbar sudah melebihi 44,25 persen.

Apalagi dibandingkan dengan Singapura yang sudah menembus angka 78 persen lebih. Begitu juga dengan Malaysia di atas 50 persen, dan Korea Selatan mencapai 98 persen lebih. Bahkan yang mengejutkan, dalam PISA 2022, pendidikan di Vietnam bisa mengalahkan kualitas pendidikan di Inggris yang lebih kaya tiga kali lipat dari Vietnam.

Rendahnya APK PT ini akan menjadi persoalan soal daya saing sumber daya manusia di Kepri guna menghadapi era revolusi 4.0 dan 5.0, metaverse hingga kumputasi kuantum. Perusahaan terbesar di Amerika seperti Apple, Microsoft, Meta, Amazon, Alfabet setahun terakhir melakukan investasi senilai 280 miliar dolar US untuk meningkatkan kemampuan menyesuaikan kemajuan zaman (The Economist). Jika kita tidak siap menghadapi kemajuan zaman era bigdata saat ini, maka tentu akan jadi penonton saja.

Beruntung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kepri 79,08 masih berada di papan atas nasional dan nomor satu di Sumatera. Namun dari tujuh kabupaten kota terjadi ketimpangan yang besar. Misalnya di Batam IPM sudah mencapai 81,12 sementara di Lingga masih di angka 65,83 di tahun 2021. Anambas 69,23, Karimun 71,70, Bintan 74,57, Natuna 73,09, dan Tanjungpinang 78,93. IPM Kepri di angka 75,79 masih terbaik di Sumatera.

Ke depan, pekerjaan rumah dari Pemprov Kepri bagaimana memikirkan agar lulusan SMA, SMK dan MA di Kepri pelan pelan meningkat tidak lagi di angka 27 persen. Jika sampai 10 tahun ke depan angka tersebut tidak dapat menembus 50 persen, artinya sumber daya manusia di Kepri akan sulit bersaing dengan SDM dari luar yang sudah banyak kuliah. Kemudian pemerataan kualitas pendidikan dari pelbagai jenjang di seluruh daerah di Kepri.

Karena jika kita melihat 10 nilai terbaik lulusan SMA/SMK, maka 9 berasal dari Batam dan satu dari Tanjungpinang. Sementara SMA di luar Batam dan Tanjungpinang jarang bisa bersaing memuncak perolehan nilai terbaik di Kepri.

Hal menarik yang ramai dibahas saat ini adalah kisah Ghozali yang bisa mendapatkan pemasukan Rp 1,5 miliar dari fotonya yang dijual di Open Sea. Ghozali sudah mendapatkan manfaat besar dari dunia digital melalui Non Fungible Token (NTF).

Tak ada yang menduga, Ghozali yang kuliah di salah satu kampus swasta di Semarang memiliki aset senilai Rp 12 miliar yang berasal dari foto foto selfie yang dia unggah di situs Open Sea tersebut.

Mark Zuckerberg sebagai pendiri Facebook sudah mempersiapkan perusahaannya Meta Platforms. Karena 10-15 tahun ke depan, kita dari Tanjungpinang bisa main pingpong bersama kawan di Amerika atau di Malaysia. Dunia virtual tak dapat dihindari. Kisah Ghozali menjadi awal bagaimana menikmati cuan dari dunia virtual.

Akibatnya untuk memasuki era tersebut kita harus bersiap siap. Kurikulum pendidikan dan sumber daya manusia harus disiapkan dalam rangka menghadapi era virtual yang tidak lagi bisa dibendung. Ke depan kita akan dihadapkan membeli lahan virtual, belanja di mal virtual, game virtual, kantor virtual, wisata virtual.

Sekarang pun secara nyata, pusat perbelanjaan mulai berkurang pengunjung karena banyak yang belanja dari market place. Tanpa harus ke luar rumah, barang belanja bisa sampai ke konsumen hanya dengan melalui ponsel.

Dan 2024, para guru melaksanakan kurikulum Merdeka setelah berjibaku dengan tiga kurikulum secara bersama sama. Apakah anggaran Dinas Pendidikan sebesar Rp1 triliun dapat menaikkan kualitas pendidikan di Kepri? Harus dapat. Karena dengan jumlah penduduk masih kecil, harusnya Diknas lebih mudah mengelola sekolah SMA dan SMK yang ada di Kepri untuk mendapatkan pendidikan yang sama rata.

Nyatanya saat ini, terjadi ketimpangan yang ketara antara SMK di Batam dengan SMK di Lingga atau di Natuna dan Anambas. Inilah tugas Dinas Pendidikan meratakan pembangunan sumber daya manusia di daerah di luar Batam dan Tanjungpinang.

Jika anggaran setara APBD kabupaten kota di Kepri itu hanya melaksanakan program yang tidak tepat sasaran, maka jangan heran banyak anak anak di Kepri usia sekolah perguruan tinggi tidak kuliah. Mereka lebih memilih diam di rumah atau bagi yang rajin bekerja di pabrik pabrik di Batam.
Merek sulit memasuki dunia formal karena mensyaratkan pendidikan sarjana atau D3. Inilah tugas pemerintah kalau perlu memberikan beasiswa kepada anak anak Kepri untuk kuliah sampai selesai.

Saat ini dunia mengalami perubahan yang cepat. Itu semuanya sudah ada di depan mata. Bagaimana kita bisa main sepeda di negara lain di dunia dengan menggunakan kacamata augmented reality. Tentu ini menjadi menarik dan menjadi sulit untuk diikuti jika kita tidak menyiapkan sumber daya yang dapat mengikuti era metaverse. Era yang diperkenalkan novelis Neal Stephenson pada novelnya di tahun 1992 yang berjudul Snow Crash.

Pembangunan SDM adalah kunci bagaimana menciptakan sumber daya yang andal di kemudian hari. Bukan membangun jembatan terpanjang di Indonesia. Jika 27 persen lebih remaja di Kepri yang mampu menikmati pendidikan tinggi, maka pemerintah daerah tak boleh tinggal diam. Lakukan intervensi melalui beasiswa sebanyak banyaknya agar anak anak itu mampu kuliah.

Anggaran Rp4 triliun itu masih kecil sehingga Ansar Ahmad harus kreatif mencari sumber sumber pendapatan baru untuk menambah PAD. Jika hanya mengandalkan pajak kendaraan bermotor, maka Kepri akan stagnan di angka R4 triliun. Harus ada usaha keras bagaimana menaikkan pendapatan. Ganti kepala OPD penghasil jika tidak baik kinerjanya.

Visi dan Misi gubernur tahun 2021 di dalam RPJMD Ansar saat ini harus diubah karena tidak mungkin terwujud karena dukungan anggaran yang terbatas. Ibaratnya, tenaga angan angan besar, tapi tenaga kurang. Itulah pentingnya membuat jargon kampanye yang rasional dan bisa diterapkan ketika saat pilkada. Jangan asal buat, asal menang lalu tak bisa mewujudkan.

Membangun manusia yang handal lebih baik daripada membangun gedung gedung bertingkat, jembatan terpanjang di Indonesia. Surah Mujadallah ayat 11 mengingatkan pentingnya pendidikan dan menuntut ilmu. “Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.”

Pesan penting dari  ayat ini, Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu dibandingkan orang yang tidak mau atau enggan mencari ilmu. Maka sudah selayaknya kita mencari ilmu dunia dan akherat sebanyak banyaknya karena Allah akan angkat derajat orang yang berilmu.

“Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintai ampunan oleh penduduk langit dan bumi, bahkan hingga ikan yang ada di dasar laut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibnu Majah). (*)

Penulis: Robby Patria, Tenaga Pengajar UMRAH