Anggota DPRD Kepri Minta Pemprov Bangun Batu Miring di SMAN 21 Batam

Wahyu Wahyudin
Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin. (Foto: Muhammad Chairuddin)

BATAM – Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kepulauan Riau (Kepri), Wahyu Wahyudin meminta pemerintah provinsi (pemprov) membangun batu miring di sekitar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 21 Batam di atas Bukit Smart Punggur, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa.

“Saya terus mendorong Pemprov Kepri untuk mengeluarkan anggaran belanja tidak terduga (BTT), karena itu ada di Kepri. Ini yang harus kami kejar dan harus secepatnya dilakukan,” kata  Wahyu Wahyudin di Batam, Kamis (02/03).

Ia menjelaskan, longsor itu sangat berdampak baik ke sekolah maupun warga yang berdekatan dengan bibir jurang di sekitar SMAN 21 Batam. Setidaknya terdapat dua RW yang turut terancam bila kondisi itu terus berlanjut.

Oleh sebab itu, Pemprov Kepri harus segera mengambil tindakan. Terlebih, SMAN 21 itu merupakan wewenang dari pemprov.

“Ada Rp10 miliar dan sebagian sudah terpakai untuk atap DPRD Kepri yang runtuh kemarin. Saya berharap akan ada tambahan untuk di APBD Perubahan” tuturnya.

“Paling tidak ada untuk batu miring. Melihat kondisi dan situasi, kami meminta Disdik realisasikan batu miring di SMAN 21,” tambah politisi  PKS itu.

Baca juga: Bangunan dan Jalan SMAN 21 Batam Terancam Longsor

Sebelumnya diberitakan, Bangunan dan jalan Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 21 Batam, Kepulauan Riau (Kepri) terancam amblas lantaran berada di perbukitan dan dikelilingi lima titik longsor.

Sejumlah titik longsor itu muncul usai hujan deras mengguyur Kota Batam sejak Selasa (28/02) kemarin. Alhasil, ruas tanah di atas bukit Bukit Smart Punggur Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa itu longsor.

Terutama pada bagian belakang, kiri, kanan, maupun depan gedung SMAN 21 Batam yang belum terpasang batu miring.

Kepala Sekolah SMAN 21, Dwi Sulistiyani mengungkapkan, SMA tersebut memang menjadi langganan longsor terutama saat hujan deras terjadi. Namun, belum sampai mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.

Kondisi itu semakin memperihatinkan lantaran tepat di bawah SMAN 21 itu terdapat sejumlah rumah warga.

“Mobil Pak RW pernah sampai tertimbun tanah. Pernah juga motor warga tertimbun tanah. Bahkan pernah juga masuk ke rumah warga tanahnya,” katanya, Kamis (02/03).

Dwi menjelaskan, atas kerawanan itu, pihaknya kerap kali mendapatkan komplain dari warga sekitar. Meski demikian, ia mengaku belum dapat mengatasi permasalahan tersebut karena keterbatasan anggaran. (*)

Ikuti Berita Lainnya di Google News