Arab Saudi Dipaksa AS Akui Negara Israel, Ini Ancamannya…

Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Arab Saudi. (Bandar Aljaloud/Saudi Royal Palace via AP)

JAKARTA – Amerika Serikat (AS) memberikan ancaman terhadap Arab Saudi untuk mengakui negara Israel. Ancaman itu diduga, untuk menyelamatkan Israel dari kepungan musuh-musuhnya di Timur Tengah.

Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, AS tidak akan mengadakan perjanjian pertahanan dengan Arab Saudi kecuali kerajaan tersebut mengakui negara Israel.

Sullivan menambahkan, Riyadh telah membuat perjanjian terkait pengakuan tersebut bergantung pada persetujuan Israel untuk menuju pembentukan resmi negara Palestina Merdeka.

Laporan media AS, Washington dan Riyadh makin dekat untuk menandatangani pakta keamanan bilateral, namun kesepakatan normalisasi Saudi-Israel masih terhenti.

Menurut laporan Reuters, perjanjian tersebut akan membuat AS menjalin aliansi formal dengan Arab Saudi dan membantu program nuklir sipilnya, sebagai imbalan jika Riyadh memutuskan hubungan ekonomi dengan China.

Sullivan berbicara di Financial Times di London akhir pekan lalu, ia menegaskan bahwa kesepakatan tidak akan mungkin terjadi tanpa pengakuan Arab Saudi terhadap negara Israel.

“Visi terpadunya adalah pemahaman bilateral antara AS dan Arab Saudi yang dikombinasikan dengan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi. Kemudian dikombinasikan dengan langkah-langkah bermakna atas nama rakyat Palestina,” sambung Sullivan, dikutip dari Russia Today.

“Semua itu harus bersatu. Anda tidak dapat memisahkan satu bagian dari bagian lainnya.”

Menjadi perantara kesepakatan normalisasi Saudi-Israel, adalah tujuan utama kebijakan luar negeri mantan Presiden AS Donald Trump.

Trup yang melalui Perjanjian Abraham tahun 2020-nya menetapkan Bahrain, Maroko, Sudan, dan Uni Emirat Arab membuka hubungan diplomatik dan perdagangan dengan Yerusalem Barat.

Presiden AS Joe Biden terus mendorong kesepakatan tersebut, namun perang di Gaza telah membekukan negosiasi sejak Oktober lalu.

Kementerian Luar Negeri Saudi menyatakan pada Februari bahwa kerajaan tersebut tidak akan menjalin hubungan formal dengan Israel “kecuali jika negara Palestina Merdeka diakui berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan bahwa agresi Israel di Jalur Gaza dihentikan dan seluruh pendudukan Israel terhenti.

Kondisi yang dihadapi Riyadh tidak begitu baik di Yerusalem Barat, di mana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah untuk terus mengobarkan perang di Gaza sampai Israel hingga mencapai ‘kemenangan total atas Hamas.

Selain itu, Netanyahu juga bersikeras untuk menerapkan kendali keamanan penuh Israel atas seluruh wilayah sebelah barat Sungai Yordan, ketika konflik akhirnya berakhir, sebuah gambaran yang mencakup Tepi Barat dan Gaza.

Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan pekan lalu bahwa Riyadh dan Washington memang sangat dekat dengan perjanjian pertahanan, namun menegaskan kembali bahwa perlu ada jalan menuju negara Palestina yang kredibel dan tidak dapat diubah.