Asing Danai Kampanye LGBT Lewat Pelajar di Pekanbaru, Setahun Miliaran

Ilustrasi tolak LGBT di Indonesia. (Foto:Istimewa)

BATAM – Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Provinsi Riau temukan indikasi dugaan pelajar di dua sekolah tingkat SMA/SMK di Pekanbaru tergabung dalam komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).

Selain itu, komunitas LGBT tersebut dikendalikan dari Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri). Bahkan, disinyalir ada pendanaan dari bantuan asing untuk kampanye LGBT yang jumlahnya mencapai miliaran rupiah.

“Itu (dana) bukan ratusan juta, tapi miliaran dalam setahun. Komunitas tersebut melakukan kampanye secara tidak langsung,” kata Kasi Pengaduan Unit Pelaksana Teknis PPA Riau, Hendri, Senin (29/5/) dikutip dari riauonline.

Menanggapi indikasi itu, aktivis pemerhati anak Provinsi Kepri, Erry Syahrial mengatakan, meski ia belum mendapatkan data valid soal pendanaan kampanye LGBT tersebut.

Apa yang menjadi temuan PPA Riau membuktikan, dugaan kuat para kelompok LGBT tengah berupaya membesarkan komunitas mereka di Kepulauan Riau, khususnya Batam.

“Sudah lama terjadi di Batam dan Kepri. Memang saya belum menemukan informasi valid terkait pendanaan itu. Namun, kuat dugaan karena ini gerakan mendunia,” kata Erry, yang juga menjabat Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Batam, Sabtu (3/6).

Menurutnya, Batam memang memiliki banyak konunitas LGBT. Tak hanya dari dalam negeri, juga dari luar negeri.

“Batam menjadi salah satu kota target gerakan ini. Tinggal, bagaimana pihak-pihak terkait menelusuri informasi ini,” kata dia.

Ia juga menilai, sebesar apapun dana komunitas ini. Jika masyarakat kuat membentengi anak-anak remaja, dan pelajar dengan edukasi yang baik, bisa mementalkan gerakan ini.

“Pendidikan agama, moralnya, jangan sampai mau terbujuk rayu ikut komunitas seperti itu,” kata dia.

Menurutnya, upaya paling utama yakni mulai dari pencegahan, pola asuh yang baik dalam keluarga. “Karena memang ada anak-anak tertentu salah asuh, bisa berdampak dari mereka yang jadi rentan,” kata dia.

Salah satu pola asuh, menurutnya ialah, ketika orang tua menganggap kalau penyimpangan seksual itu adalah hal yang lumrah.

“Jadi harusnya kasih tahu ini laki-laki, ini perempuan bagaimana orientasi seksual yang benar,” kata dia.

Baca juga: Tumbuhkan Minat Baca Anak-Anak, Polsek Batam Kota Hadirkan Perpus Keliling

Ia menilai pendidikan seks untuk anak juga penting, dengan memberikan pehaman apa itu LGBT, apa bahanya, dan bagaimana seharusnya yang benar.

Selain itu, perlu adanya langkah bersama istansi terkait dalam memerangi komunitas ini. Misalkan melakukan deteksi dengan cara razia, di tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat berkumpul.

Sekaligus rutin melakukan siber patroli, guna mencegah komunitas LGBT menjadi besar dalam dunia maya.

“Memperkecil ruang gerak mereka, untuk berkumpul, berkativitas, agar tak menyebarkan paham mereka ke remaja. Sekarang mereka secara personal mencari, merekrut sasaran pelajar,” kata dia.

Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukannya, Erry mengaku menemukan dugaan modus, untuk merusak mental anak sejak dini, yang nantinya akan meneruskan paham komunitas LGBT terhadap anak lainnya.

Dugaan ini sendiri mencuat, setelah selama pendampingan terhadap korban. Pihaknya menemukan bahwa pelaku juga tergabung dalam suatu komunitas sesama jenis.

“Indikasinya sengaja dijadikan korban sejak awal, hal ini merusak mental anak. Upaya yang mempermudah komunitas LGBT, dalam menyebarkan paham yang tidak sesuai dengan kodrat sebagai manusia,” lanjutnya.

Ia menilai, perlu adanya upaya penegakan hukun yang kuat. “Jika terbukti melakukan kejahatan seksual terhadap anak, maka Hakim harus memberikan hukum yang maksimal,” kata dia.

Baca juga: PPDB Tingkat SMA/SMK dan SLB Dibuka Mulai 13 Juni