TANJUNGPINANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri) memprediksi banjir rob akanterjadi hingga beberapa hari ke depan.
Kepala BPBD Tanjungpinang, Muhammad Yamin saat diwawancarai Ulasan, Selasa 13 Februari 2024 mengatakan bahwa hasil pantauan dan laporan dari masyarakat terdapat sejumlah titik yang dilanda banjir rob.
Lokasi-lokasi yang terdampak banjir rob di Tanjungpinang yaitu Jalan Delima Kelurahan Tanjungpinang Timur, Pelantar Dua Kelurahan Tanjungpinang Kota, Suka Berenang dan Gang Delima Kelurahan Kampung Baru.
Kemudian bajir rob juga melanda wilayah Tanjung Unggat, Rawasari, Kampung Bugis, Gudang minyak, Km 8 atas, Biram Dewa, Melayu Kota Piring, Pantai Impian dan sejumlah titik lainnya.
“Kemungkinan berdasarkan prediksi BMKG wilayah tersebut akan dilanda banjir rob hingga 15 Februari,” kata Muhammad Yamin.
Selain itu Muhammad Yamin mengungkapkan, banjir rob juga berdampak terhadap sejumlah lokasi-lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu 2024.
Lanjut dia, beberapa titik seperti Jalan Kenanga Km 2 yang terdapat dua TPS yang terdampak. Selanjutnya beberapa TPS di Tanjung Ayun Sakti dan sejumlah lokasi Lainnya.
“Kemarin sudah disarankan oleh PJ Walikota Tanjungpinang untuk dipindahkan ke tempat yang lebih tinggi,” sambungnya.
Muhammad Yamin juga mengingatkan warga di sekitar pesisir Kota Tanjungpinang untuk tetap waspada terhadap potensi banjir rob, dan potensi munculnya hewan air seperti ular, biawak, dan bahkan buaya di darat.
“Hati-hati anak-anak jangan dibiarkan berenang ketika banjir terjadi,” ujarnya.
Sementara itu, sebelumnya cuaca hujan dan air pasang menyebabkan sejumlah daerah pesisir di Kota Tanjungpinang dilanda banjir rob, Senin 12 Februari 2024.
Tidak hanya Tanjungpinang, namun banjir rob juga melanda di sejumlah titik di Kota Batam. Beberapa daerah pesisir di Kota Batam dilanda banjir rob sejak tiga hari terakhir.
Bahkan barang-barang milik warga hanyut terbawa air laut saat pasang tiba.
Salah seorang warga Setokok, Surep mengatakan, banjir rob memang kerap terjadi setiap tahun di pesisir Setokok.
Menurut Surep, banjir rob yang melanda daerahnya kali ini paling parah dalam dua tahun terakhir.
“Paling parah dan berulang selama dua tahun ini,” kata Surep, Selasa, 13 Februari 2024.
Air laut masuk hingga menggenangi lantai rumah-rumah warga, setinggi betis orang dewasa. “Biasanya tidak ada seperti ini,” katanya.
Dalam perhitungan masyarakat nelayan Melayu pesisir, puncak banjir rob akan terjadi pada hari ini, Selasa, 13 Februari 2024.
Menurutnya, setiap tahun banjir rob terus terjadi, mereka menyebutnya ‘toho 30’. Dalam sebulan, terdapat dua kali pasang tinggi, pada tanggal 15 dan 30 dalam kalender Islam.
“Biasanya pasang tinggi itu dari tanggal 30 sampai 3 (kalender hijriah), puncaknya hari ini,” kata Sarep.
Sarep mengatakan, tidak hanya air laut naik tetapi kondisi tersebut diperparah musim angin utara yang memicu gelombang tinggi.
“Kita takut juga rumah akan roboh,” katanya.
Sementara warga Suku Laut di Air Mas Pulau Tanjung Sauh, Saikim mengatakan, banjir rob merendam lantai rumahnya hingga menghanyutkan barang-barang miliknya, Senin 12 Februari 2024.
“Itu beras sudah terbawa air pasang laut, tak bisa diselamatkan lagi karena sudah terendam semua,” katanya.
Saikim mengeluhkan tidak ada bantuan pemerintah hingga saat ini. Namun, ia bergarap akan segera datang bantuan.
Banjir rob juga terjadi di Kampung Tua Tanjung Uma Kota Batam, Selasa 13 Februari 2024. Sebanyak 60 rumah terdampak banjir rob dan warga pun mengungsi ke darat.
Ketua RT 03/RW 02 Kelurahan Tanjung Uma, Kecamatan Lubuk Baja, Mujianto mengatakan banjir rob yang terjadi tahun 2024 ini lebih parah dari tahun sebelumnya.
Biasanya air laut hanya naik ke pesisir sekitar 10 meter, sekarang sudah mencapai 15 meter. “Tahun ini lebih parah,” kata Muji.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Hang Nadim Batam, Suratman mengatakan, banjir rob yang lebih tinggi dari biasanya dipicu karena angin yang cukup kuat, menyebabkan seolah-olah gelombangnya menjadi cukup tinggi.
“Apalagi saat ini juga masih musim angin utara. Jadi ketika banjir rob, terasa lebih tinggi dari pada sebelumnya,” jelas Suratman.
Air laut yang dirasa lebih tinggi dari biasanya, menurut Suratman karena efek dari pemanasan global yang memicu ketinggian air laut bertambah.
“Walaupun tambahnya tidak signifikan sekian meter, tapi lama kelamaan tetap naik,” sambungnya.
Selain itu, warga yang tinggal di pinggir laut juga mengalami fenomena terjadinya penurunan daratan.
“Daratannya turun, air lautnya nambah walaupun satu senti dua senti,” kata dia.
Suratman menambahkan, banjir rob terjadi tidak dalam waktu yang lama sebab terjadi kareba fase putaran bulan.
“Cuma yang perlu diwaspadai ketika puncak air maksimum itu bersamaan dengan hujan,” ungkapnya.
Pihaknya mengimbau untuk wasapada terhadap banjir rob. Masyarakat juga diminta mengatisipasi terutama yang tinggal di daerah pesisir agar menghindari lokasi itu.
“Kalau bisa agak menjauh dari pesisir. Jika tidak bisa, antisipasi kalau tanda-tanda air pasang maksimum terjadi pas bulan purnama, jarak terdekat anatara bulan dan bumi berbarengan dengan hujan, itu yang harus diwaspadai,” sebutnya.