Batam Sumbang 66,01 Persen PDRB Kepri, Mantapkan Posisi Penggerak Ekonomi

BP Batam
Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Francis (kaca mata). (Foto: Dok/BP Batam)

BATAM – Kota Batam kembali mengukuhkan perannya sebagai motor penggerak utama ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Sepanjang tahun 2024, Batam menyumbang 66,01 persen terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri, menjadikannya sebagai pusat aktivitas ekonomi terbesar di provinsi ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai PDRB Batam atas dasar harga berlaku tercatat mencapai Rp 233,05 triliun, sementara berdasarkan harga konstan 2010 sebesar Rp 135,51 triliun.

Angka ini menegaskan dominasi Batam dalam menopang struktur ekonomi Kepri, khususnya di sektor industri dan investasi.

Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Francis, menilai capaian tersebut tak lepas dari sinergi kuat antara BP Batam dan BPS. Ia menegaskan pentingnya akurasi data dalam mendukung arah kebijakan pembangunan yang tepat sasaran.

“Kami ingin memastikan akurasi dan keselarasan data PDRB agar tidak terjadi perbedaan dalam publikasi resmi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis 19 Mei 2025.

Menurut Fary, kolaborasi dalam penyediaan data ekonomi yang valid dan terpadu menjadi fondasi penting untuk menyusun program prioritas daerah. Terlebih lagi, kata dia, pemerintah pusat telah mengamanatkan Batam sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan investasi nasional.

“Presiden mengamanatkan agar Batam menjadi pusat ekonomi dan investasi baru di Indonesia. Kami harap langkah ini berdampak pada perencanaan jangka pendek dan panjang,” ujarnya.

Baca juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, BP Batam Kembangkan Agrowisata dan Wisata Bahari

Ia juga menyoroti pentingnya menjaga kualitas data agar perencanaan pembangunan menjadi lebih terarah, sekaligus mendorong kepercayaan investor. Dengan iklim investasi yang inklusif dan kondusif, lanjutnya, manfaatnya akan langsung dirasakan masyarakat.

“Batam memiliki potensi besar dan harus menjadi kawasan investasi inklusif. Kita harus jaga iklim investasi agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” tutup Fary. (*)