JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah menyiapkan ekspedisi investigasi untuk mengantisipasi fenomena teror gempa megathrust pemicu tsunami dahsyat di Indonesia dari Pulau Sumatera hingga Sulawesi.
Adapun zona megathrust yang akan dijelajahi untuk diteliti melalui rangkaian ekspedisi tersebut mulai dari Subduksi Sunda, Subduksi Banda, Subduksi Sulawesi, Subduksi Lempeng Laut Filipina, Lempeng Laut Maluku, Subduksi Utara Papua.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan investigasi yang dilakukan adalah bagian dari penelitian dan pendataan yang dilakukan BMKG dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
“Segala sesuatunya sudah mulai kami persiapkan, pusat penelitian, latihan dan pengembangan untuk menyempurnakan model gempa bumi dan tsunami kita,” ujar Dwikorita Karnawati, Ahad 19 Mei 2024.
Dwikorita menambahkan, pihaknya menilai eksplorasi ini sangat penting, mengingat perubahan sirkulasi udara dan lautan secara alami serta letusan gunung berapi dapat mempengaruhi variabilitas iklim.
Selain itu, kata dia, penelitian ekspedisi megathrust dilakukan menggunakan kapal ekspedisi OceanXplorer milik OceanX, yang telah dilengkapi dengan peralatan canggih untuk mempelajari fenomena kegempaan dan interaksi udara-laut di perairan Indonesia.
Ekspedisi BMKG tersebut juga akan mengamati fenomena yang mempengaruhi variabilitas cuaca dan iklim Indonesia seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan ocean dipole di Laut Banda, Selatan Jawa, dan Barat Sumatera.
“Persiapan tim sudah rampung bersama dengan awak OceanX. BMKG membawa peralatan untuk mengukur parameter tadi, dan terus berkoordinasi, terutama dengan Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi sebagai leading sektornya,” tambah Dwikorita mengutip dari bukamata.
Menteri Koordinator Kemartiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan juga mengatakan, pemetaan laut Indonesia penting dilakukan yang baru mencapai 19 persen.
Padahal, lanjut Luhut, garis pantai Indonesia mencapai 108 ribu kilometer dengan lebih dari 70 persen wilayahnya adalah perairan.
Kepala Meteorologi Publik BMKG Andri Ramadhani mengatakan bahwa rangkaian ekspedisi dimulai dari Kota Batam, Privinsi Kepulauan Riau (Kepri) dan dilanjutkan ke beberapa kota di Indonesia hingga berakhir di Bitung, Sulawesi Utara pada Ahad, 25 Agustus 2024.