Buruh Batam Unjuk Rasa di Graha Kepri, Bawa Enam Tuntutan

Buruh Batam
Suasana unjuk rasa di depan Graha kepri, Batam, Kepulauan Riau. (Foto: Muhamad Ishlahuddin)

BATAMBuruh Kota Batam yang tergabung dalam Koalisi Rakyat Menolak Kenaikan Harga BBM, melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Graha Kepri, Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau, Rabu (12/10).

Ketua Konsulat Cabang Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Yapet Ramon mengatakan, dalam aksi kali ini pihaknya membawa enam tuntutan. Mulai dari penolakan kenaikan harga BBM, PHK masal dengan alasan resesi global dan Undang-undang Cipta Kerja. Kemudian .eminta pemerintah untuk menaikan upah 2023 sebedar 10 sampai 13 persen, serta meminta DPR RI merapatkan dan segera mengesahkan UU tentang Pekerja Rumah Tangga. Terkahir mengenai reformasi agraria.

“Isu yang paling kami tekankan yakni kenaikan harga BBM dan upah tahun 2023,” kata Yapet.

Yapet mengatakan, tiga komponen yang berdampak karena naiknya harga BBM bagi kaum buruh. Naiknya biaya transportasi rata-rata Rp3 sampai Rp4 ribu. “Ini berpengaruh terhadap pendapatan kami di pabrik karena biaya transportasi bertambah,” kata dia.

Selain itu, menurutnya saat biaya pangan sudah mulai naik, meskipun belum signifikan. “Meski pemerintah memiliki tim pengendalian inflasi, tapi menurut kami ini hanya janga pendek saja, kita belum melihat jangka panjangnya,” kata dia.

Lanjutnya, biaya kos-kosan juga ikut naik dari Rp50 sampai Rp200 ribu. Sehingga perlu kenaikan upah tahun berikutnya. “Inflasi akan melonjak dan akan berpengaruh ke kami (buruh). Pertumbuhan ekonomi berjalan pelan karena daya beli turun,” kata dia.

Yapet berharap pihak pemerintah ada yang menemui mereka untuk menyampaikan terkait tuntun mereka. “Kita harapkan Gubernur mau menyampaikan tuntutan kami agar Presiden segera melakukan panja terhadap kenaikan hrlarga BBM,” kata dia.

Baca juga: Buruh Batam Kembali Unjuk Rasa Tolak Kenaikan BBM

Selain itu terkait resesi, ia mengatakan akan sangat berpengaruh bagi buruh. Mulai dari kenaikan harga BBM yang berdampak pada biaya produksi di perusahaan itu meningkat. “Dengan meningkatnya biaya produksi, berpengaruh ke pengurangan jam kerja, lalu tenaga kerja asing dievaluasi, lebur dikurangi. Lalu lama-lama pekerja dikurangi,” tutupnya. (*)