BATAM – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian mendorong kepala daerah, untuk menggalakan gerakan tanam (Gertam) cabai di daerahnya masing-masing.
Gerakan tersebut diinisiasi, lantaran hargai cabai yang kian melambung di beberapa wilayah, tak terkecuali di Kepulauan Riau (Kepri).
Menurut Tito, jika gerakan tanam cabai ini bisa dilakukan. Maka setiap daerah mampu mengatasi kebutuhan cabai tanpa bergantung dari daerah lain.
“Saya sudah berkunjung ke Batam, Bintan, Natuna dan beberapa daerah lainnya. Saya lihat tanah di Kepri ini relatif subur. Jadi saya kira bisa didorong lagi, untuk gerakan tanam cabai yang diinisiasi pemerintah ini,” tambah Tito saat menghadiri rapat koordinasi terkait evaluasi target pendapatan, realisasi belanja daerah dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pengendailan inflasi daerah di Hotel Mariott Harbour Bay, Batam, Jumat (24/11).
Tito menyebutkan, tanah di wilayah Indonesia yang relatif subur dan cuaca yang tropis sangat memudahkan gerakan tanam cabai.
Terlebih lagi, cabai merupakan jenis tanaman yang mudah berkembang di berbagai media tanam seperti polybag, hidroponik dan lainnya.
Ia juga mencontohkan, gerakan tanam cabai di wilayah Makassar, dimana masyarakat di daerah tersebut menanam cabai di pekarangan rumah mereka masing-masing.
Baca juga: Sering Dijadikan Lalapan, Ini 5 Efek Samping Daun Selada bagi Kesehatan Anda
“Banyak daerah yang sudah melakukan gerakan tanam cabai ini, seperti di wilayah Jakarta, Jawa dan juga Sulawesi Selatan. Di Makassar, saya lihat langsung di gang-gang perumahan itu warganya diberikan polybag-polybag dan bibit cabai untuk ditanam oleh mereka. Hasilnya tidak hanya untuk dikonsumsi saja, bahkan cabai yang sudah dipanen itu bisa dijual oleh warga ke koperasi,” tambah Tito.
Beberapa kepala daerah, lanjut Tito, sudah ada yang mewajibkan para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk menanam cabai. Gerakan tanam cabai ini juga menurutnya, dapat dimasukkan dalam program TNI Manunggal Masuk Desa (TMMD).
Ia menekankan pentingnya pemerintah daerah, untuk terus mendorong gerakan tanam cabai ini sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan dan menekan inflasi di bidang pangan.
“Mudah-mudahan ini dapat terus dijalankan,” harap Tito.
Sementara itu, Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad mengungkapkan, ketersediaan cabai di Kepri saat ini hanya minus 100 ton per bulan.
Kondisi itu, lanjut Ansar, berbeda dengan periode 2 tahun lalu yang mencapai minus 350 ton per bulan.
Ansar menjelaskan, capaian tersebut tidak terlepas dari upaya Pemprov Kepri yang terus mendorong gerakan tanam cabai di seluruh kabupaten/kota, serta perluasan lahan tanaman cabai seluas 50 hektare per tahun.
Baca juga: Pahami 5 Faktor Pemicu Mudah Mengantuk di Pagi dan Siang Hari
“Dua tahun ini kita sudah buat gerakan tanam cabai. Selain itu, rata-rata per tahun kita tambah luasan lahan untuk menanam cabai seluas 50 hektare. Kemudian, kita ke kabupaten/kota untuk memberikan polibag-polibang kepada kelompok tani, PKK dan warga,” ujar Ansar.
Ansar berharap, melalui upaya perluasan lahan tanam cabai tersebut, pada tahun 2024 mendatang Provinsi Kepri dapat menciptakan swasemda cabai.
Selain itu, Ansar juga menekankan pentingnya menjaga stabilitas hasil produksi cabai saat panen raya dengan menyimpan hasil panen pada kontainer penyimpanan (buffer stock) sebagai persediaan cadangan, sehingga ketersediaan stok cabai tetap aman.
Adapun kenaikan harga komoditas cabai di pasaran saat ini, menurutnya tidak lepas dari pasokan cabai yang menipis akibat dampak kekeringan atau El Nino.
“Memang sekarang ini kenaikan harga cabai menjadi problem nasional. Hal ini disebabkan oleh El Nino, banyak daerah penghasil cabai yang gagal panen, sehingga pasokan cabai juga menjadi berkurang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, kita selalu melakukan operasi pasar agar fluktuasinya tidak terlalu tinggi dan ini akan terus kita kontrol secara berkala,” jelas Ansar.