Cagar Budaya Ikonik Yogyakarta ‘Plengkung Gading’ Ditutup, Ini Alasannya

Penngendara sepeda motor saat melintas di lorong Plengkung Gading, Kota Yogyakarta di sisi utara. (Foto:Dok/Instagram/imam_hi)

YOGYAKARTA – Salah satu cagar budaya ikonik Keraton Yogyakarta yakni Plengkung Gading di Kecamatan Kraton, Kota Jogja ditutup total.

Bagi yang pernah ke Yogyakarta, tentunya tidak asing dengan Plengkung Gading yang merupakan gerbang monumental bekas benteng.

Bentuk bangunannya yang khas era penjajahan Belanda, ada lorong untuk jalur lalu lintas yakni Jalan Patehan Kidul, tidak jauh dari Alun-alun Kidul (Alkid) komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Kemudian, di atas bangunan Plengkung Gading terdapat pelataran yang lumayan luas dan kerap digunakan sebagai spot foto. Selain itu, sisi kiri-kanan bangunan terdapat tangga untuk naik ke atas cagar budaya tersebut.

Plengkung Nirbaya di Jalan Gading atau Plengkung Gading Kota Yogyakarta, DIY ditutup total karena beberapa bagian mengalami kerusakan sehingga mengancam keselamatan pengendara.

Dalam keterangan resmi Pemerintah DIY, Plengkung Gading mulai ditutup total, Sabtu 15 Maret 2025. Keputusan itu diambil, setelah penerapan uji coba rekayasa lalu lintas sistem satu arah (SSA) pada gapura pintu masuk menuju Jeron Benteng Keraton Yogyakarta ini.

Berdasarkan rapat evaluasi di Dinas PUPESDM DIY sehari sebelumnya, Jumat 14 Maret 2025, penilaian pascapenerapan SSA menunjukkan, ternyata situasi bangunan cagar budaya lebih mengkhawatirkan daripada hasil pengamatan sebelumnya.

Pembatasan akses ditahap uji coba dianggap kurang efektif, untuk memberikan ruang bagi upaya penyelamatan secara komprehensif, terhadap bangunan plengkung yang mengalami deformasi atau kerusakan.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menyebut, penutupan selain sebagai bentuk upaya konservasi penyelamatan struktur bangunan, juga demi mencegah pengendara kecelakaan saat melewati plengkung.

“Tidak hanya sebagai upaya mitigasi terhadap penyelamatan Plengkung Nirbaya saja, namun juga mitigasi terhadap keselamatan manusia dan kendaraan yang sangat mungkin terdampak dari kerentanan Plengkung Nirbaya tersebut. Sehingga perlu dilakukan antisipasi terhadap potensi kejadian yang tidak diinginkan,” kata Dian dalam keterangan resmi Pemda DIY yang dibagikan Sabtu 15 Maret 2025 mengutip cnnindonesia.

Plengkung Gading di sisi selatan. (Foto:Dok/Pariwisata Jogja)

Selain itu, Pemerintah DIY tak menampik soal penutupan akses yang terkesan mendadak. Mereka menilai harus segera dilakukan setelah melihat indikasi dampak yang muncul akibat tekanan usia struktur bangunan dan lingkungan.

Terkait penutupan itu, salah satu warga Kepri yang pernah belasan tahun tinggal di Kota Jogja, Adly alias Datuk saat dihubungi Ulasan mengatakan, dirinya sangat menyayangkan jika Pemda Jogja harus menutup total Plengkung Gading.

“Ketika Anda berada di Jogja, dan melintas di lorong Plengkung Gading, itu vibes Jogja-nya berasa sekali. Itu sebuah penegasan, bahwa Anda sedang berada di Jogja, meski ada ikonik lainnya seperti Tugu Jogja di bagian utara tepatnya di Jalan Sudirman,” kata Adly kepada Ulasan, Sabtu 15 Maret 2025.

Dia sedikit menceritakan, ketika sedang menempuh pendidikan di bangku kuliah tepatnya di Kampus Seni Rupa STSRD Visi Yogyakarta bahwa Plengkung Gading kerap dijadikan tempat untuk membuat tugas praktik fotografi outdoor sekitar tahun 2003 silam.

Bahkan, lanjut dia, ramai mahasiswa dari kampus lainnya terkadang juga menggelar aktivitas kecil di Plengkung Gading baik sore atau malam seperti rapat-rapat kecil.

“Kota Jogja menyimpan berbagai cerita unik, kenangan, hingga kisah romantis yang selalu dikenang. Jogja adalah wujud budaya Jawa yang kental. Plengkung Gading merupakan satu cerita dari sudut Kota Jogja yang tak terlupakan,” tutup pria yang akrab disapa Datuk itu.