Cuaca Ekstrem, Nelayan Jual Rumput Laut untuk Bertahan Hidup

Warga saat memilah rumput laut untuk di jemur. (Foto:Muhammad Ishlahuddin/Ulasan.co)

BATAM – Angin kencang beberapa bulan belakangan ini membuat para nelayan di Pulau Pasir Panjang, Rempang Cate, Kecamatan Galang, Batam tidak berani turun ke laut mencari ikan.

Tak satu pun warga pergi menjaring, maupun memancing ikan di tengah laut saat musim angin utara seperti ini.

Para nelayan tersebut mengerjakan hal yang lain, demi memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan menjual rumput laut (Rengkam).

Di tengah cuaca ekstrem seperti ini, para warga akhirnya memilih mengumpulkan rumput laut untuk mereka jual.

Rengkam adalah jenis rumput laut yang termasuk dalam famillia (keluarga) sargassum, yang juga merupakan jenis rumput laut yang banyak tumbuh di perairan Kepulauan Riau.

Rumput laut yang biasa hidup di batu-batu karang ini dikumpulkan oleh para nelayan, lalu diletakkan di dalam bubu atau tempat khusus yang mereka sediakan.

Tak jarang mereka juga mengumpulkan rumput laut, yang juga terdapat dari pinggiran pantai yang hanyut terbawa ombak saat angin kencang.

Setelah banyak terkumpul, kemudian mereka akan membawanya ke darat dengan sampan atau berenang. Kemudian dijemur hingga kering dan nantinya dijual kepada penampung.

Baca juga: Masuk Perairan Malaysia, Nelayan Suami Istri Asal Bintan Dibebaskan

Salah satu warga Pulau Pasir Panjang, Rio (40) mengatakan, rumput laut ini nantinya akan dibeli oleh toke di daerah jembatan-II Barelang.

Para warga biasanya akan mengumpulkan rumput laut terlebih dahulu, hingga beratnya mencapai 500 kilogram hingga 1 ton dalam keadaan kering, baru nantinya mereka jual.

Oyo, sapaan akrab Rio menambahkan, harga yang ditawarkan toke Rp1.700 per kilogramnya. Ia biasa mampu menjual hingga 500 kilogram.

“Lumayanlah buat nambah pemasukan, apalagi cuaca kayak begini kita susah mau ke laut,” kata Oyo, Minggu (5/2).

Menurut Oyo, rumput laut tersebut tumbuh di laut dengan sendirinya. “Kita tidak ada sistem budidaya. Ada kita ambil tak ada, ya kita tunggu sampai rumputnya membesar. Kadang hanyut juga pas angin kencang terbawa arus,” kata Oyo.

Lantaran hasil tangkapan laut yang mulai berkurang, bahkan terkadang tak menuai hasil. Sehingga rumput laut menjadi tumpuan perekonomian mereka.

Rumput laut adalah tumbuhan yang mudah tumbuh, yakni dua sampai tiga bulan setelah dipanen. Rumput laut ini akan kembali tumbuh untuk dipanen.

“Yang kita ambil juga yang sudah tua, yang muda kita biarkan untuk dipanen selanjutnya,” kata dia.

Warga saat memilah rumput laut untuk di jemur. (Foto:Muhammad Ishlahuddin/Ulasan.co)
Baca juga: Kisah Sunardi Nelayan Bintan Hanyut ke Bangka Belitung, Bertahan Hidup Makan Gula Pasir

Tak hanya Oyo, para wanita juga ada yang mengumpulkan rengkam membatu kuangan suaminya di tengah cuaca buruk tak menentu.

Nisah, wanita ini dalam satu minggu bisa mengumpulkan rumput laut hingga 500 kilogram. “Kalau lagi banyak pernah sampai 800 kilogram,” kata Nisah.

Faktor cuaca juga menjadi faktor banyak tidaknya hasil rengkam kering yang ia jual. “Hujan susah, soalnya mesti jemur dulu baru bisa kita jual,” kata dia.

Nisah menekuni pekerjaan ini kurang lebih 7 tahun, saat itu harga rumput laut Rp1.200 per kilogram. Bahkan harganya pernah mencapai Rp2 ribu per kilogram. Namun sekarang turun menjadi Rp1.700 per kilogram.

Ia mengerjakan pekerjaan ini untuk membatu suaminya di tengah hasil tangkap laut yang tak menentu. “Sekarang hasil tangkapan susah, jadi ini buat bantu bantu suami juga,” kata dia.

Warga lainnya, Sarmi (65) terlihat merapikan rumput laut yang tengah ia jemur di halaman rumahnya. Bersyukur cuaca hari ini tak hujan, rumput akan kering dan siap ia bungkus kemudian dijual.

Aktivitas ini ia tekuni sudah bertahun-tahun lamanya. Ia ke laut berenag mengambil rengkam lalu ia kumpulkan dalam bubu miliknya.

Wanita paruh baya itu, dibantu beberapa orang untuk mengambil rengkam di tengah laut. “Dulu awal-awal sendiri, masih berenang ke tengah laut ngambil. Sekarang sudah ada yang bantu,” kata dia.

Dalam sekali jual, biasa dia mampu menjual hingga 500 kilogram dengan keuntungan kurang lebih 850 ribu. “Lumayanlah buat nenek sendiri segitu,” kata dia.

Ia berharap rengkam terus selalu ada agar ia terus bisa menyambung hidup dari menjualnya. “Kalau dulu banyak tapi jadi sampah laut aja. Sekarang sudah berharga, dan semoga selalu ada agar kami ada penghasilan tambahan,” tutupnya.

Baca juga: DKP Kepri Pastikan Stok Ikan Aman dan Imbau Nelayan Waspada Gelombang Tinggi