Daging Sapi Asal Kanada Terinfeksi Penyakit Sapi Gila

Daging Sapi
potongan daging sapi dewasa di rak di dalam lemari pendingin. (ANTARA/REUTERS/Phil Noble)

Kanada – Daging sapi asal Kanada terinfeksi bovine spongiform encephalopathy (BSE) atau disebut penyakit Sapi Gila, dan China dan Filipina kompak menunda impor daging sapi dari negara itu.

Penangguhan itu disampaikan juru bicara departemen pertanian Kanada, Senin (10/1).

Langkah tersebut, juga mengikuti penangguhan impor oleh Korea Selatan bulan lalu setelah Kanada melaporkan kasus BSE pertamanya dalam enam tahun.

China adalah importir daging sapi dan daging sapi muda terbesar di dunia, dan pasar ekspor terbesar ketiga Kanada, menurut Asosiasi Peternak Kanada (CCA).

China mengambil tindakan serupa terhadap Brazil, setelah negara itu mengkonfirmasi kasus BSE, sebelum memulihkan impor pada Desember setelah gangguan selama tiga bulan.

BSE merupakan penyakit-penyakit progresif dan fatal pada sistem saraf sapi, yang disebabkan oleh akumulasi protein abnormal yang disebut ‘prion’ di jaringan syaraf.

Kanada, pengekspor daging sapi dan daging sapi muda terbesar kedelapan, melaporkan kasus BSE pada Desember pada sapi potong berumur 8,5 tahun di provinsi Alberta.

Kasus terbaru di Kanada adalah atipikal, artinya ini adalah bentuk BSE yang dapat terjadi secara alami pada sapi yang lebih tua dan berlawanan dengan BSE klasik, yang disebabkan oleh hewan yang memakan pakan yang terkontaminasi.

Baca juga: BUMN Sediakan 3,7 Juta Liter Minyak Goreng untuk Operasi Pasar

Tiga negara yang menangguhkan impor daging sapi Kanada sedang mencari informasi lebih lanjut tentang kasus ini, kata Dennis Laycraft, wakil presiden eksekutif CCA.

Gangguan tersebut tidak berdampak nyata pada harga Kanada, katanya.

“Kami berharap (penangguhan) ini berdurasi pendek,” kata Laycraft. “Kami sudah bisa mengatasinya.”

Sapi itu di-eutanasia di peternakan dan tidak memasuki rantai makanan atau pakan ternak, menurut pemerintah Kanada.

Kasus BSE Kanada pertama yang dikonfirmasi, bentuk klasik, terdeteksi pada tahun 2003, mengakibatkan sekitar 40 pasar ekspor ditutup. Banyak yang sudah lama dibuka kembali.