Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pendidikan

Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pendidikan
Yulia Niken Febriani (Foto: Ulasan.co/Dok Pribadi)

Penulis Yulia Niken Febriani
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Pandemi COVID-19 sampai sekarang masih berlangsung. Dampaknya dirasakan kepada semua sektor karena mengalami perubahan, salah satunya dunia pendidikan di Indonesia.

Untuk mengatasi pandemi ini pemerintah telah banyak kebijakan diterapkan agar masyarakat tidak menjadi korban. Kebijakan yang diterapkan mulai dari istilah PSBB, PPKM hingga kegiatan vaksinasi.

Pendidikan sudah tidak seperti dahulu sebelum pandemi menghampiri negara Indonesia. Awalnya para guru menyuruh liburan dua pekan, sampai pada akhirnya libur sampai satu tahun lebih.

Agar pendidikan ini tidak tertinggal, pemerintah pun menetapkan kebijakan yaitu belajar secara daring (Dalam Jaringan). Belajar daring ini yaitu tidak menggunakan tatap muka secara langsung, tetapi menggunakan media seperti aplikasi zoom atau via chat di WhatsApp.

Sebenarnya, belajar daring banyak keluhan dari mahasiswa atau mungkin semua siswa di negara ini. Keluhannya, bisa terkendala karena tidak bisa belajar dengan efektif. Contohnya, siswa atau mahasiswa yang tidak memiliki gadget, tidak memiliki uang untuk membeli kuota internet, atau juga siswa yang tinggal di daerah terpencil yang jaringannya tidak memadai.

Setelah lebih kurang dua tahun pandemi, sekarang kabar baiknya pandemi sudah mulai menurun di beberapa daerah di Indonsia. Bahkan sudah ada beberapa daerah melaksanakan pembelajaran tatap muka. Walaupun saat ini masih bertahap, seperti kelas itu dibagi menjadi dua sesi. Ada yang masuk siang, ada yang masuk pagi.

Baca Juga: Kuliah Daring di Tengah Pandemi COVID-19, Efektifkah?

Menurunnya kasus COVID-19, bisa disebut atas kesadaran warga terkait pandemi dan kebijakan pemeruntah selama beberapa bulan terakhir. Ditambah percepatan vaksinasi COVID-19 kepada seluruh rakyat Indonesia.

Apalagi sekarang vaksin menjadi salah satu syarat jika ingin sekolah tatap muka, selain itu sertifikasi vaksin sebagai syarat untuk berpergian ke mana-mana.

Namun, sampai sekarang masih banyak warga yang belum menerima vaksin atau masih menolak untuk divaksin. Sebernya vaksin itu tidaklah menakutkan.

Cara yang tepat agar semua kalangan masyarakat mau divaksin harus diberikan sosialisasi dan edukasi yang baik agar dipahami masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang belum mau atau menolak, kemungkinan akan mau divaksin.

Vaksinasi ini merupakan ikhtiar pemerintah agar tubuh kita kuat terhadap virus.

Berita baiknya lagi, sebagian daerah yang menerapkan sekolah tatap muka tidak menimbulkan klaster, meski di awal-awal pernah terdengar adanya klaster sekolah.

Dengan divaksinnya semua masyarakat, maka akan tercipta herd immunity atau kebal terhadap penyakit menular tertentu.

Tentunya bila herd immunty sudah tercipta perbaikan dunia pendidikan akan cepat terwujudkan. Tidak hanya itu semua sektor negera akan bangkit dan pulih kembali.

Semoga pandemi COVID-19 segera berakhir agar kehidupan dunia kembali normal dan masyarakat kembali tenang. Dunia pendidikan ke depan semakin maju di masa depan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *