Dari Servis Jam di Emperan Toko, Jon Hidupi Keluarga hingga Kedua Anaknya Lulus S1

Jon saat duduk dilapak usahanya sebagai tukang servis jam tangan di Jalan Gambir, Kawasan Kota Lama Tanjungpinang, Kepri, Sabtu (25/01/2025). (Foto:Meli Santia/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Angin kencang menyapa pagi saat langit di Bumi Gurindam 12 tampak kelabu.

Seorang pria tua tampak mengangkut barang-barang miliknya di tepi trotoar Jalan Gambir, Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau.

Ia tampak akrab dengan hiruk-pikuk pedagang, dan lalu lalang orang di jalan itu. Pedagang di Jalan Gampir itu menyapanya dengan tiga huruf. Jon. Ya, ia lebih akrab disapa Jon.

Apa yang dikerjakan Jon di Jalan Gambir? Sehari-hari ia mencari nafkah dengan memperbaiki jam tangan.

Keahliannya sebagai tukang servis jam tak perlu diragukan. Lantaran dia sudah menekuni usaha servis jam tangan tersebut sejak 40 tahun silam di Tanjungpinang.

Dengan membentangkan etalase kayu lipat yang terlihat sangat sederhana, Jon pun duduk dengan bangku plastik sambil menunggu orderan untuk memperbaiki jam yang rusak. Dia membuka lapak usahanya di depan salah satu toko sedari pukul 08:00 WIB hingga 15:30 WIB. Pada etalase kayu tersebut, terlihat ada puluhan jam tangan yang sudah ia perbaiki.

Jika kondisi pasar sedang sepi, Jon pun lebih memilih untuk menutup lapaknya. Pria asli daratan Sumater Barat itu menceritakan awal merantau ke Kota Tanjungpinang pada tahun 1984. Sebelumnya, Jon adalah seorang pedagang rokok di kaki lima.

“Saya itu awalnya bukan seorang tukang servis jam tetapi pedagang rokok kaki lima. Namun ketika saya berdagang rokok, selalu berdampingan dengan lapak tukang servis jam. Nah saya sering perhatikan si tukang servis itu, kalau sedang ada order memperbaiki jam,” kata Jon kepada Ulasan, Sabtu 25 Januari 2025.

Lantaran setiap hari selalu memperhatikan tukang servis jam bekerja. Saat itu ayah saya berkata, agar saya beralih profesi sebagai tukang servis jam.

“Awalnya saya mikir, karena saya kurang percaya diri. Tetapi, berkat dorongan dan dukungan ayah saya. Saya pun akhirnya nekat beralih profesi sebagai tukang servis jam,” ujar Jon menceritakan jalan hidupnya.

Jon bercerita ayah dan juga kakaknya berprofesi sebagai tukang servis jam. Itu yang mendorongnya untuk menggeluti pekerjaan ini selama puluhan tahun. “Padahal awalnya, saya tidak berminat untuk mengikuti jejak ayah,” terang Jon menambahkan.

Meski penghasilan dari servis jam tidak pasti, namun ia bersyukur sampai saat ini bisa menafkahi keluarga.

Dia pun mengisahkan bahwa kondisi Pasar Baru Kota Tanjungpinang dahulunya ramai orang. Lantaran di Tanjungpinang hanya ada satu pasar yang dikenal berada di dalam kawasan Kota Lama.

Menurut dia, ketika itu perekonomian Tanjungpinang cukup bagus sehingga tidak terlalu sulit mencari uang. Berbeda dengan kondisi memasuki tahun 2010 sampai sekarang, perekonomian di Tanjungpinang semakin sulit.

“Dahulu orang dari pulau-pulau sekitar, kalau belanja datang ke Pasar Baru Tanjungpinang. Begitu juga dengan orang-orang dari luar negeri. Mereka sering ke sini juga. Para penyedia jasa angkut barang atau porter gampang menghasilkan uang dari turis, dengan cara membawakan barang mereka. Semakin banyak uang diterima, maka semakin senang orang mengeluarkan uang. Begitu kira-kira bahasa ekonominya. sekarang sudah tidak lagi, dan semakin sulit cari uang,” ujar Jon sambil tertawa ringan.

“Rejeki memang dari sang pencipta. Meskipun tidak segampang dulu mencari uang, saya tidak takut untuk menguliahkan anak saya meskipun biayanya lumayan mahal. Anak saya dua, mereka alumni UMRAH dan alumni STIE Pembangunan. Anak saya kuliah hinga menyandang gelar sarjana tanpa bantuan ada beasiswa dari pihak mana pun,” sambung Jon.

“Biaya ada saja yang keluar saat anak saya kuliah, seperti untuk laptop, kendaraan dan lain sebagainya. Tetapi saya sebagai orang tua sebisa mungkin saya penuhi. Asal anak saya bilang minta uang untuk keperluan kuliah saya usahakan,” kenang Jon.

Jon yang sudah berupaya membiayai kuliah untuk kedua anaknya, agar kelak kehidupannya di masa depan jauh lebih baik dari pada dirinya.

Dia pun menyampaikan, meski hal itu dirasanya sulit. Namun berkat doa, usaha serta semangatnya yang tidak pernah menyerah mampu membuktikan bahwa dirinya mampu menjawab tantangan dalam hidup.