Ditolak Masyarakat Penyengat, Pengukuhan Sultan Riau Lingga Akhirnya Ditunda

Ditolak Masyarakat Penyengat, Pengukuhan Sultan Riau Lingga Akhirnya Ditunda
Sejumlah massa sebelum melakukan mediasi di Ruangan Rupatama Polres Tanjungpinang. Foto: Muhammad Chairuddin

Tanjungpinang – Usai melakukan mediasi dengan sejumlah pihak, Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga memutuskan untuk menunda Pengukuhan Sultan Riau Lingga yang rencananya akan berlangsung pada Selasa (19/10) di Istana Tengku Bilik, Pulau Penyengat, Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri).

Saat awak media berusaha mengonfirmasi, Ketua Harian Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga, Tengku Fahmi terlihat enggan berkomentar. Ia juga enggan memberikan penjelasan terkait silsilah dan pengukuhan itu.

“Waduh panjang itu. Di Penyengat aja. Saya nak (mau-red) balek (pulang-red),” katanya usai melakukan mediasi dengan Organisasi Pemuda Penyengat (OPP), sejarahwan, dan pihak terkait lainnya.

Baca juga: Heboh! Tokoh Pemuda Penyengat Tolak Pengukuhan Sultan Riau-Lingga

Sementara itu, Ketua OPP, T. Fahlevy mengatakan, hasil mediasi tersebut ialah pengukuhan sultan itu akan ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

“Penundaan sampai tidak ada penolakan. Kalau masih ada yang menolak, itu tidak akan terjadi. Dari kami sendiri masyarakat tidak membutuhkan itu terjadi,” ucapnya.

Selain itu, Ia pun menegaskan, pihaknya tetap menolak dan akan terus mengawal pengukuhan tersebut.

Fahlevy menegaskan, pihaknya menolak adanya pengukuhan tersebut. Ia khawatir, setelah Sultan Riau Lingga itu dilantik, maka ia akan memecah belah masyarakat. Pasalnya dalam Anggaran Dasar (AD) Anggaran Rumah Tangga (ART) terdapat amanah untuk memperjuangkan tanah riwayat yakni Bintan, Anambas, Batam, Lingga, dan sejumlah wilayah lainnya.

“Kami khawatir, kami sudah berada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” tegasnya.

Baca juga: Potret Tukang Becak Motor Pulau Penyengat Dihantam COVID-19

Ia pun mengaku tidak mengetahui pasti maksud dan tujuan dari dilantiknya Sultan Riau Lingga itu. Selain itu, ia juga melihat kejanggalan dari pemilihan Sultan tersebut.

Sepengetahuannya, dalam menentukan gelar kesultanan, lembaga adat seharusnya merujuk pada garis keturunan pihak laki-laki dalam hubungan suami istri. Akan tetapi, pada pemilihan kali ini, penunjukan Sultan itu berdasarkan garis keturunan pihak perempuan.

Lanjutnya, kabar tersebut sudah meresahkan masyarakat. Penunjukan Sultan itu pun sudah tidak perlukan lagi karena semua sudah menjadi satu di NKRI.

“Kami mewakili pemuda pulau penyengat menolak dengan tegas. Apapun yang terjadi kami menolak,” ujarnya.

Baca juga: Puluhan Masyarakat Pulau Penyengat Ikuti Sosialisasi Pengawasan

Sementara itu, berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Ulasan. Sejak Minggu (17/10), terdapat sejumlah spanduk di Dermaga Pulau Penyengat dan Balai Desa Pulau Penyengat yang menolak pengukuhan Sultan tersebut.

Sebelumnya, beredar pula undangan pengukuhan Sultan Riau Lingga oleh Lembaga Adat Kesultanan Riau Lingga di Istana Tengku Bilik Pulau Penyengat, Selasa (19/10) malam.

Dalam undangan tersebut, Lembaga Adat Kesultanan Riau-Lingga turut mengundang Gubernur dan Wakil Gubernur Kepri, Ketua DPRD Kepri, Kepala Daerah se-Kepri, serta pejabat tinggi lainnya.

Pertemuan itu pun berakhir sekitar pukul 13.00 WIB.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *