BATAM – Dokter Umum RS Elisabeth Sungai Lekop, dr. Erie, angkat bicara mengenai peristiwa dilarikannya 17 pelajar SDN 016 Sagulung, Kota Batam, ke rumah sakit usai menyantap Menu Bergizi Gratis (MBG) yang dibagikan pada Jumat, 26 September 2025 kemarin.
Ia menegaskan bahwa pihak rumah sakit tidak pernah menyatakan kejadian tersebut sebagai kasus keracunan makanan. Menurutnya, memang benar beberapa siswa datang secara bersamaan dengan keluhan mual dan sebagian mengalami muntah.
Namun, dari hasil observasi awal terhadap tanda-tanda vital, diketahui bahwa sejumlah siswa memang sudah dalam kondisi kurang sehat sebelum masuk sekolah.
“Ada juga sebagian yang belum sarapan, sehingga makanan (MBG) tersebut merupakan asupan pertamanya hari itu,” ujarnya saat diwawancarai ulasan.co, Selasa 30 September 2025.
Dr. Erie memastikan bahwa tidak ada pelajar yang mendapat penanganan medis khusus yang mengarah ke kondisi serius. Para murid hanya menjalani penanganan awal berupa rawat jalan, dan semuanya sudah diperbolehkan pulang.
“Tak lebih dari lima orang yang mengalami muntah, selebihnya hanya gejala biasa,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa dalam prosedur rawat jalan, standar pemeriksaan biasanya tidak lebih dari tiga jam. Bahkan dalam waktu sekitar setengah jam saja, dokter sudah bisa menentukan apakah pasien perlu rawat inap atau cukup rawat jalan.
“Jadi konotasi keracunan itu entah siapa yang mengatakan, karena kami juga tidak ada melakukan pemeriksaan toksikologi dan sebagainya,” sambungnya menuturkan.
Menurutnya, keluhan yang dialami para pelajar bisa disebabkan oleh berbagai faktor, apalagi program MBG ini masih tergolong baru. Ia menduga, beberapa siswa mungkin tidak terbiasa dengan salah satu menu yang disajikan.
Salah satu penyebab yang mungkin, lanjut dr. Erie, adalah kondisi yang disebut sebagai ‘kaget lambung’, yaitu reaksi tubuh terhadap makanan asam yang dikonsumsi tiba-tiba, terutama saat perut kosong.
“Dalam bahasa medis disebut dispepsia. Gejalanya kembung, mual, muntah, sakit kepala,” katanya menerangkan.
Ia juga mendengar bahwa salah satu menu pada hari itu mengandung susu fermentasi merek Yakult, meskipun belum bisa memastikannya karena tidak melakukan pengecekan langsung.
“Biasanya yang sifat-sifat fermentasi itu asam. Namun kita tidak bisa menyalahkannya juga, karena menu itu kan disajikan pas makan siang. Pasti yang menyiapkan makanan itu juga tidak kepikiran apakah murid itu sudah sarapan atau belum,” katanya menyambungkan.
“Bahkan kepanikan juga bisa menjadi faktor,” tambahnya melanjutkan.
Terkait kondisi makanan yang dikonsumsi pelajar, dr. Erie menekankan bahwa hal itu harus diuji secara forensik pada saat kejadian, untuk mengetahui apakah ada kontaminasi seperti bakteri atau akibat cara penyajian dan penyimpanan yang tidak sesuai standar.
“Saya sendiri nggak berani menyimpulkan. Tapi kalau misalnya yang menyajikan melakukan pelanggaran SOP ya berarti itu pelanggaran secara administratif,” katanya lagi.
Seharusnya kata dia, dengan adanya peristiwa ini harus dilakukan pengambilan sampel makanan secara cepat oleh pihak terkait.
“Kalau kami dari rumah sakit fokusnya hanya ke keselamatan pasien,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, setelah para siswa dipulangkan, pihak rumah sakit juga memberikan edukasi ulang kepada keluarga siswa, agar jika gejala muncul kembali, mereka bisa segera membawa anaknya ke rumah sakit.
“Biasanya kalau keracunan kan ada gejala diare misalnya. Tapi setelah itu tidak ada lagi pelaporan tambahan dari orang tua murid,” katanya.
Sebagai penutup, dr. Erie menambahkan bahwa setelah kejadian itu, Dinas Kesehatan Kota Batam melalui Puskesmas Sei Lekop turut melakukan pemantauan langsung ke rumah sakit dan ke rumah para murid.
Ulasan.co mencoba menyambangi dapur SPPG di Sei Pelunggut, Sagulung, tempat pembuatan Makanan Bergizi Gratis (MBG) untuk siswa SDN 016 Sagulung. Namun, tak tampak aktivitas berarti di lokasi yang berada di bekas bangunan supermarket tersebut.
Dari pantauan, hanya terlihat dua orang pekerja yang membuka rolling door sejenak. Mereka mengaku sebagai petugas kebersihan dan menyampaikan bahwa dapur sedang tidak beroperasi sementara waktu karena tengah direnovasi.
“Kami hanya petugas kebersihan. Dapurnya tutup dulu karena renovasi, pekerjanya juga libur,” ujar salah satu dari mereka sebelum menutup kembali rolling door.


















