DPRD Kepri Minta Pemerintah Beri Solar Subsidi ke Perajin Tahu Tempe

Wahyu Wahyudin
Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin. (Foto: Muhammad Chairuddin)

BATAM – Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) meminta pemerintah memberikan solar subsidi kepada para perajin tahu dan tempe untuk kebutuhan produksi.

“Kami akan minta data pelaku UMKM ini se-Kepri untuk diberikan solar subsidi,” kata Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin, Jumat (24/02).

Ia merasa miris dengan kondisi perajin tahu dan tempe di Kepri, karena tidak mendapatkan solar bersubsidi untuk produksi.

Padahal, perajin tahu tempe termasuk sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang harus mendapatkan bantuan dari pemerintah.

“Ini sangat saya sayangkan. Mungkin kesalahan kami juga karena tidak mengimpun data ini. Dan tidak tahu juga mereka gunakan solar bersubsidi,” tuturnya.

Ia khawatir kondisi itu akan berdampak pada pada harga jual ke pasaran. Nantinya, DPRD Kepri akan mendata para perajin tersebut untuk diajukan sebagai penerima solar subsidi.

“Saat ini ya mungkin harga bisa naik juga karena BBM. Kita akan coba usulkan tapi untuk pabriknya saja. Bukan operasional lainnya,” jelas Wahyu.

Baca juga: Pedagang Tahu Tempe Keluhkan Harga Kedelai Naik di Batam

Sebelumnya, perajin tahu dan tempe di Kota Batam berharap kepada pemerintah memberikan solar subsidi untuk keperluan produksi mereka.

“Selama ini kami tidak pernah mendapatkan itu (solar subsidi) untuk produksi,” kata Ketua Koperasi Bumi Bertuah Nusantara, Susilo.

Pasalnya, selama ini perajin tahu tempe di Batam menggunakan solar saat produksi. Ia menjelaskan, biasanya perajin tahu tempe membeli solar di Kota Batam langsung ke Pertamina dengan harga Rp18 ribu per liter.

“Kebutuhan solar kisaran lima sampai 15 liter per hari. Tergantung pada jumlah tahu dan tempe akan diproduksi,” ujarnya.

Menurut Susilo, kondisi itu memberatkan pelaku usaha tahu tempe. Terlebih, harga kacang kedelai saat ini sedang tinggi. “Sementara kami sulit untuk menaikkan harga jualnya,” katanya.

Tercata harga kedelai tertinggi yang pernah didapat para perajin di Kota Batam ialah Rp720 ribu. Padahal sebelumnya, harga kedelai hanya sekitar Rp300 ribuan.

“Kalau kedelai kita impor melalui distributor. Impor dari Malaysia,” ujarnya.

Oleh sebab itu, unit koperasi yang menaungi ratusan perajin tahu dan tempe berharap pemerintah memberikan solar subsidi untuk kebutuhan mereka.

“Harapannya kami juga bisa dapat solar bersubsidi karena kita pakai solar juga,” ujarnya. (*)

Ikuti Berita Lainnya diĀ Google News