Dukung Ketahanan Pangan, Unpad-Tsukuba Kembangkan Tomat Tahan Simpan

Dukung Ketahanan Pangan, Unpad-Tsukuba Kembangkan Tomat Tahan Simpan
Dosen Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Syariful Mubarok berbicara dalam Webinar Riset dan Inovasi Ketahanan Pangan sebagai rangkaian dari Ritech Expo 2021 di Jakarta, Kamis (11/11/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

Jakarta – Upaya mendukung ketahanan pangan di Indonesia, kampus Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan Universitas Tsukuba di Jepang kembangkan tomat tahan simpan dan tanpa biji.

kedua kampus tersebut kembangkan tomat tahan simpan dan tidak memiliki biji, agar tidak cepat membusuk.

Baca juga: Kampus USU Duduki Peringkat 19 sebagai Universitas Terbaik di Indonesia

“Ini adalah dua buah tomat yang bisa dikembangkan untuk mengatasi, atau menjawab permasalahan tentang pascapanen dan untuk menjawab masalah didalam produksi tomat. Khususnya di dataran suhu tinggi,” kata Dosen di Unpad, Syariful Mubarok dalam Webinar Riset dan Inovasi Ketahanan Pangan sebagai rangkaian dari Ritech Expo 2021 di Jakarta, Kamis (11/11).

Dosen Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran itu, bersama timnya melakukan rekayasa genetika dan rekayasa budidaya terhadap tanaman tomat.

Syariful dan tim menggunakan pendekatan molekular genetika, yaitu dengan melakukan mutasi pada gen terkait biosintesis etilen dan atau aksi dari etilen, sehingga proses pematangan yang lebih cepat pada pascapanen dapat dihambat.

Dengan demikian, dapat meminimalkan kehilangan kualitas pascapanen produk segar tomat.

Syariful menuturkan, pengembangan tomat tahan simpan bertujuan untuk mengatasi masalah pascapanen yakni buah cepat rusak, busuk atau tidak tahan simpan.

Dimana, buah tomat mudah busuk jika disimpan dalam waktu lama pada suhu ruangan.

Sementara pengembangan tomat tanpa biji dilakukan, bertujuan untuk menjawab masalah budidaya tomat pada suhu tinggi.

Pada suhu tinggi, biasanya proses pembentukan buah tomat seperti tomat beef terhambat yang disebabkan oleh sterilitas dari polen atau serbuk sari yang menyebabkan gagalnya pembuahan, sehingga buah tidak akan terbentuk.

Selama ini, tomat beef hanya bisa berproduksi secara optimal jika ditanam di dataran tinggi yang bersuhu rendah.

Itu mengakibatkan terjadinya penurunan produksi buah tomat, jika dilakukan di dataran dengan suhu tinggi.

Diharapkan dengan hasil riset tersebut, tomat tahan simpan dan tanpa biji dapat menjawab kebutuhan bangsa untuk menyediakan produk segar tomat yang tidak cepat busuk, serta mendukung budidaya tomat di dataran suhu tinggi sehingga produksi tomat dapat meningkat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *