JAKARTA – Peneliti telah menemukan golongan darah baru yang bernama Er. Temuan itu diumumkan pada Blood Jurnal baru-baru ini.
Selama ini, masyarakat hanya mengenal empat golongan darah utama yakni A, B, O, dan AB (positif dan negatif).
Er merupakan bukan golongan darah, melainkan sistem kelompok darah. Er menjadi golongan darah ke-44 yang ditemukan.
Total, ada lima antigen Er dalam kelompok tersebut.
Mengutip IFL Science, hal ini ditemukan berdasarkan variasi genetik pada protein Piezo1. Protein ini biasa ditemukan pada permukaan sel darah merah.
“Pekerjaan ini menunjukkan bahwa bahkan setelah semua penelitian dilakukan hingga saat ini, sel darah merah sederhana masih bisa mengejutkan kita,” kata ahli biologi sel Universitas Bristol Ash Toye, salah satu peneliti studi dalam rilis dari Science Alert.
Disebutkan juga, selama ini sistem golongan darah punya kepentingan untuk mencocokkan transfusi darah. Padahal, ada beragam pengelompokan darah dan dapat dilihat dari macam antigen permukaan sel dan variannya.
Sistem kelompok golongan darah Er mungkin baru teridentifikasi saat ini. Namun sebenarnya, golongan darah Er sudah muncul di radar para ilmuwan pada 1982 silam.
Apa Dampaknya?
Ketika sel darah merah muncul dengan antigen yang belum ‘terdaftar’ di dalam tubuh, sistem kekebalan tubuh akan aktif, dengan mengirimkan antibodi untuk menandai sel pembawa antigen sehingga bisa dihancurkan.
Selain itu, terdapat sejumlah kasus ketidakcocokan antara bayi belum lahir dan golongan darah sang ibu. Kemudian masalah timbul saat sistem kekebalan tubuh ibu jadi peka terhadap antigen asing.
Antibodi yang dihasilkan, lalu dapat melewati plasenta dan menimbulkan penyakit hemolitik pada bayi belum lahir.
Hemolitik pada bayi baru lahir bisa dicegah atau diobati, dengan suntikan ibu hamil dan transfusi darah buat bayi.
Hanya saja keberadaan alloantibodi bisa menimbulkan masalah selama transfusi, jika ada ketidaksesuaian antara donor dan resipien.
Dua antigen baru yakni Er4 dan Er5 berhubungan dengan penyakit hemolitik berat pada janin dan bayi baru lahir.
Selama penelitian, dua ibu hamil dengan alloantibodi mengalami keguguran. Penelitian ini pun bisa membantu mengembangkan tes untuk jenis golongan darah langka dan mengoptimalkan perawatan pasien.