Eropa Habiskan USD850 Miliar untuk Penuhi Kebutuhan Energi

Instalasi energi gas alam Rusia yang dikelola perusahaan Gazprom. (Foto:Instagram/@metal_expert.com_)

JAKARTA – Negara-negara Uni Eropa (UE) menghaboskan dana sebesar EUR800 miliar atau USD850 miliar, untuk mengatasi krisis energi di negaranya.

Dana yang dikeluarkan negara-negara Eropa itu, demi melindungi masyarakat dan sektor usaha dari melonjaknya harga energi di dunia dampak dari perang Rusia-Ukraina.

Diungkapkan lembaga think-tank Bruegel, bahwa negara-negara UE telah mengaloka                                                                                                                                                                                         sikan EUR681 miliar untuk merespons krisis energi yang terjadi.

Sementara itu, Inggris telah menghabiskan dana sebesar EUR103 miliar. Jerman menduduki peringkat teratas setelah mengalokasikan hampir EUR270 miliar.

Sebelumnya Inggris, Italia, dan Prancis adalah yang tertinggi berikutnya. Berdasarkan per kapita, Luksemburg, Denmark, dan Jerman adalah negara-negara dengan pengeluaran terbesar.

Bruegel juga menyampaikan, pemerintah lebih fokus pada langkah-langkah yang tidak secara langsung menahan harga eceran yang dibayar konsumen untuk energi.

Bahkan lembaga tersebut mengusulkan pemotongan pajak pertambahan nilai untuk produk energi. Think-tank menyebutkan, bahwa cara berpikir negara-negara Eropa perlu diubah.

Jika tidak, lanjut Think-tank, mereka bisa saja kehabisan ruang fiskal untuk melanjutkan pendanaan sebesar itu.

“Daripada mendukung langkah-langkah menekan harga yang sebenarnya subsidi bahan bakar fosil secara de fakto, pihak pemerintah harus mendorong lebih banyak kebijakan yang mendukung pendapatan warga,” kata analis riset Giovanni Sgaravatti, seperti dilansir Reuters, Senin (13/2) .

Harga energi melonjak setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Rusia membatasi ekspor energi ke Eropa sebagai balasan atas sanksi Barat.

Baca juga: Rusia Bersiap Lancarkan Serangan Baru Jelang Setahun Invasinya di Ukraina