Fakta Menarik Pengungkapan Pabrik Sabu di Batam

Mantan Polisi Malaysia Diupah Rp100 Juta Buat Sabu di Batam
Petugas BNNP Kepri saat menangkap ketiga pelaku (Foto: Muhammad Chairuddin)

Sementara itu, Murti mengaku diupah Rp100 juta membuat narkotika jenis sabu di Batam. Ia mengungkapkan, dirinya beserta dua rekan lainnya hanya ditugaskan untuk memproduksi barang haram itu.

Murti mengaku pembuatan sabu saat ini adalah pertama kali ia kerjakan setelah tidak lagi menjadi anggota kepolisian di Malaysia. Bosnya mengiming-imingi dirinya dengan imbalan ratusan juta rupiah.

“Nanti berapa yang aku disuruh buat, aku buat. Kalau ini sudah siap, dapat Rp100 juta. Ini yang pertama,” ujar Murti pada Ulasan.co, Kamis (21/07).

Kendati demikian, ia tak mengetahui pasti asal mula bahan-bahan pembuatan narkotika itu. Menurutnya, seluruh keperluan sudah diatur oleh bosnya yang merupakan sindikat internasional. “Bahan semua dari orang sana Jakarta sindikat dekat Malaysia,” ujarnya.

Berkedok Kantor di Perumahan Elit

Perumahan Sukajadi itu tampaknya bukan perumahan biasa. Tampak rumah-rumah mewah dan megah berjejer rapi dengan pos penjagaan di setiap klasternya.

Sebelum masuk ke perumahan itu, petugas keamanan setempat akan menanyai alamat tujuan para pengunjung.

“Iya itu bisa dibilang perumahan elit lah. Masuknya aja tidak boleh sembarangan,” ujar Andi, salah seorang warga Batam.

Ketua RT setempat, Didik Harianto mengatakan, para pelaku mengaku mengontrak rumah tersebut, untuk dijadikan kantor dan akan membayar sewa selama satu tahun.

Ketiga pelaku mendesak masuk ke rumah, padahal pemilik rumah belum memberikan tandatangan. Rumah itu telah ditempati sejak Sabtu (16/07).

“Mereka bahkan belum sempat lapor ke saya. Mereka baru nyewa tiga hari, dan mereka mendesak masuk untuk menempati rumah. Katanya mau dijadikan kantor,” ujar Didik.

Kendati demikian, pelaku tidak merincikan jenis usaha yang ditekuni hingga harus berkantor di perumahan elit tersebut.

“Iya ini baru tiga hari. Sudah ada beginian. Hari-hari sepi,” ujar salah seorang warga lainnya yang enggan disebutkan namanya.

Kini, BNN RI hingga kini masih terus melakukan penyelidikan mendalam pada kasus tersebut. (*)