Fenomena Ping Pong Corona

Tanjungapinang, Ulasan. Co –  Optimisme itu mulai muncul dalam berbagai siaran pers. Pemerintah Daerah percaya, bahwa Kepri akan memasuki fase akhir pandemi.

Kenaikan kasus konfirmasi positif yang mulai melambat dan keberhasilan luar biasa dalam kesembuhan pasien menyakinkan untuk mendeklare sebuah kesuksesan.

Tapi apakah pandemi sudah berakhir?

Prediksi virus Corona dalam laman Singapore of University Technology and Design (SUTD) Data-Driven Innovation Lab, menunjukkan virus Corona COVID-19 baru akan berakhir di Indonesia pada 28 Oktober mendatang. Prediksi yang diperbaharui pada 7 Mei ini kembali mundur dari perkiraan sebelumnya yaitu 23 September 2020.

Prediksi tersebut bukanlah sebuah keniscayaan tapi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah. Khususnya pemerintah daerah di Kepri. Bahwa, pandemi ini belum berakhir.

Dalam simulasi yang saya prediksi kan, pandemi ini memang akan melambat pada awal Mei untuk memacu kembali pada akhir Mei dan awal Juni. Kemudian kembali memasuki fase melambat untuk selanjutnya kembali menguat pada Juli dan September. Yang akhirnya mencapai masa penurunan pada Oktober ditandai dengan diaplikasikannya vaksin untuk Covid-19 ini.

Itu juga belum tentu benar. Pemerintah Provinsi Kepri dan Kota Batam dan Tanjungpinang saya yakini juga memiliki perhitungan tentang rentang pandemi ini dan seperti apa rencana mitigasi nya. Arah perhitungannya mungkin sudah memprediksi bahwa pandemi di Kepri sudah memasuki masa puncaknya di April kemarin dan sekarang sudah semakin melandai. Itulah mungkin yang menjadi dasar optimisme mereka yang sekarang sedang digaung kan semakin massive.

Namun saya mengimbau agar hal tersebut tidak menjadi alasan untuk melonggarkan kebijakan yang sudah dibuat saat ini. Yang mungkin sudah tepat menurut pemerintah daerah.

Bagi saya, kasus positif corona ini sudah mulai mengarah kepada mass community infection atau komunitas sudah terinfeksi secara massal. Namun karena kekuatan imun tubuh, infeksi ini ibarat virus flu. Tidak mempengaruhi sama sekali. Dan dalam komunitas masyarakat, tidak terlihat adanya sakit atau apapun gejala seperti yang ditunjukkan gejala covid19.
Ini ditandai dengan semakin banyaknya kasus terkonfirmasi positif yang tidak bisa dilacak darimana dan dimana tertular si pasien tersebut. Pasien baru itu tidak kontak erat dengan pasien positif dan tidak pernah ke luar daerah atau luar negeri.

Tapi tentu saja, kita mungkin tidak fokus pada penyelidikan epidimiologinya. Kita fokus pada tracing siapa kontak erat dari pasien terkonfirmasi positif tersebut tanpa pernah mengumumkan dimana pasien tersebut tertular. Model kasus seperti ini akan terus kita dapati di masa depan.

Ada sebuah fenomena dalam penyakit menular seksual yang kita dapat nisbatkan pada fenomena adanya pasien terkonfirmasi positif Covid-19 namun tidak diketahui berasal darimana. Fenomena tersebut dikenal dengan nama fenomena ping pong.

Fenomena ping pong ini dalam penularan penyakit menular seksual digambarkan bahwa seseorang menularkan penyakit menular seksual kepada orang lain, namun, ketika seseorang tersebut sudah sembuh, dan orang lain yang tertular tadi masih sakit dan masih beraktivitas, maka si tertular tadi akan kembali menularkan pada yang seseorang yang sudah sembuh tersebut. Baik secara langsung maupun melalui orang lain dalam sebuah siklus yang digambarkan saling memantul seperti bola ping pong.
Apakah hal ini bisa dinisbatkan pada penularan Covid-19? Bukankah para ahli sepakat bahwa mereka yang sembuh dari covid19 akan memiliki imun tubuh terhadap virus ini? Lantas kenapa bisa menularkan?

Dalam beberapa kasus, ditemukan, ketika pasien yang sembuh kemudian tidak membatasi dirinya dalam berprilaku, maka pasien tersebut akan kembali positif, tanpa diketahui terkena dimana dan oleh siapa. Artinya kemungkinan tertular kembali itu tinggi. Dan bisa jadi kemungkinan menularkan juga tinggi walau sudah sembuh dan dinyatakan negatif Covid-19.

Baru baru ini juga dinyatakan ada hasil penelitian bahwa mereka yang dikonfirmasi sehat, dalam sample spermanya didapati virus Covid-19. Yang diduga rentan menjadi alat tular. Walaupun penelitian ini belum dilakukan uji kaji lebih lanjut. Namun hipotesa bahwa proses fenomena ping pong dalam penularan Covid-19 akan menjadi sebuah fenomena baru yang harus diantisipasi oleh pemerintah sebagai garda terdepan dalam pemberantasan pandemi ini.

Kita juga harus mewaspadai bahwa pola penyebaran yang sudah pada kategori mass community infection ini tidak mudah dideteksi karena mereka bukan termasuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG). Mereka tidak pernah kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif dalam 4 turunan dan mereka juga bukan orang yang pernah ke luar negeri atau ke daerah terjangkit dalam sebulan bahkan lebih. Indikasi ini biasa ditemukan di wilayah dimana kasus local transmisi sudah ada dan semakin meluas. Akibat kurang sempurna proaes tracing yang dilakukan pada awal pandemi ini muncul. Akibat dari mass community infection yang semakin meluas maka muncul lah fenomena ping pong tadi. Kita tekan kasus di wilayah A, tiba tiba muncul kasus di wilayab B yang tidak diketahui berasal dari mana.

Bagaimana menghadapi fenomena ping pong ini?

Kalau dalam penyakit menular seksual dikenal istilah 2 langkah dalam menghentikan proses penularan yakni berhenti berganti ganti pasangan, dan selalu gunakan pengaman (kondom) dalam beraktivitas seksual. Maka langkah kita dalam mengatasi penularan pandemi covid 19 yang sudah menjadi fenomena ping pong hanya ada 2 juga. Pertama, social distancing dan physical distancing. Kedua, seandainya harus beraktivitas kontak maka gunakan pelindung, bisa APD atau hanya masker dan jangan lupa cuci tangan dengan sabun di air mengalir atau menggunakan hand sanitizier.

Apakah ini cukup? Mudah mudahan bisa menghalangi diri kita tertular.
Namun tetap harus diingat bahwa covid 19 ini senyatanya Tidak Mematikan. Hanya penularannya sangat cepat.
Pasien banyak yang meninggal disebabkan sebagian besar oleh penyakit penyerta yang sudah diderita sebelumnya.

Jadi kalau ada yang mau relaksasi kebijakan pengetatan ini, saya sarankan terlebih dahulu mengedukasi masyarakat akan pentingnya 2 hal tadi untuk diamalkan. Dan agar semakin massif maka ketersediaan tempat cuci tangan dan hand sanitizier serta mesin penjual masker atau APD menjadi kemutlakan. Ini sama pentingnya dengan keleluasaan kondom dijual di tengah masyarakat.
Semoga pandemi ini segera berakhir

Merdeka.

Tanjungpinang, 12 Mei 2020