Foto Pedagang Semarang Tampil di Akun Instagram Apple

Jakarta – Dari ratusan foto-foto pemandangan memukau, close up wajah hingga binatang yang diunggah di akun Instagram Apple, ternyata ada foto pedagang pasar Semarang yang tampak misterius.

Foto tersebut dijepret oleh Rezha Amran, seorang praktisi kehumasan di Jakarta yang menyukai fotografi, khususnya fotografi jalanan (street photography).

Jenama yang didirikan oleh Steve Jobs itu biasa mengunggah hasil foto dari pengguna iPhone di seluruh dunia yang memakai tagar #ShotoniPhone, mulai dari Fukuoka di Jepang sampai Cambridge di Inggris. Bagi Rezha, sebuah kebanggaan melihat foto dari Indonesia bisa menghiasi feed Instagram Apple.

“Kalau kita lihat di feed-nya Apple itu kan dari berbagai macam genre foto dan video, bahkan street photography termasuk jarang, di situ ada landscape, bahkan detail seperti tangan atau kuku, mobil dan lain sebagainya. Saya enggak tahu apa pertimbangan kenapa foto saya bisa dilirik dari sekian banyak orang yang menggunakan hashtag #shotoniphone, mungkin rezeki, alhamdulillah,” kata Rezha saat dihubungi ANTARA.

Warganet di negeri ini juga turut menyemarakkan kolom komentar dengan tulisan “Indonesia” atau emoji bendera Merah Putih, hingga komentar jenaka yang fokus kepada detail kerupuk rambak dari kulit sapi yang ada di foto.

Komentar-komentar warganet yang menghangatkan hati Rezha membuatnya merasa tersanjung.

“Saya enggak tahu sih sampai sekarang ada enggak yah instagrammer lain dari Indonesia yang di-posting di feed Apple, tapi bagi orang baca komen-komen, kayak ‘wah, ada nih orang Indonesia yang hasil karyanya di-posting di feed-nya Apple’.”

Sebagai pengguna setia iPhone sejak “hijrah” dari Blackberry bertahun-tahun lalu, dia merasa lebih dari cukup ketika jenama yang dikaguminya memberi pengakuan atas karyanya.

Foto pedagang di pasar Semarang berlatar belakang pintu akordeon warna hijau itu dijepret tahun lalu saat pandemi ketika dia sedang mengantar istri ke pasar. Daripada menghabiskan waktu untuk menunggu di tempat parkir, dia berpikir lebih baik berjalan-jalan untuk mencari objek menarik yang bisa dijepret. Tak mau repot-repot membawa kamera, dia hanya mengandalkan smartphone yang ringkas.

“Handphone saya bukan iPhone yang canggih (terbaru), tapi iPhone 7 plus,” ungkap dia.

Pagi itu, jam belum menunjukkan pukul tujuh pagi. Sinar matahari yang menyorot pedagang dengan topi lebar di menarik hati Rezha yang menyukai kontras cahaya dan bayangan. Sinar matahari menyorot latar belakang si pedagang, tapi sosoknya terlihat gelap dan memberikan kesan misterius.

Setelah sempat melewati si pedagang dan berjalan-jalan di pasar, dia akhirnya kembali dan memotret secara candid dengan handphone dengan pertimbangan identitas objek yang tetap terlindungi karena wajahnya tidak terlihat. Foto itu merupakan hasil terbaiknya dari berburu foto di tempat tersebut.

Foto itu diunggah di akun miliknya pada Februari 2021 di Instagram. Kemudian dia dihubungi oleh Apple via surel sebelum akhirnya foto itu menghiasi feed Instagram jenama tersebut pada Agustus 2021. Malam itu, notifikasi komentar dan pengikut baru di Instagram membanjiri layar ponselnya.

“Kalau enggak salah jam 12 malam, saya baru pas mau tidur, notifikasi (yang masuk) wow…”

Serunya fotografi jalanan

Fotografi jalanan adalah hal menantang, katanya. Seseorang harus piawai dalam mencari momen pas. “Kita enggak bisa merencanakan apa yang akan kita foto nanti, tapi bagaimana potensi momen dan dengan teknis fotografi yang kita miliki, kita abadikan momen tersebut.”

Gawai mahal dengan harga selangit bukan hal utama dalam fotografi jalanan, melainkan kamera yang bisa dipakai untuk mengambil momen secara sigap. Untuk dia, handphone adalah gawai yang tepat. Mengutip fotografer Chase Jarvis, “the best camera is the one you have with you”.

Foto yang diunggahnya di Instagram melewati proses pengeditan, tapi bukan pengeditan berlebihan yang bertujuan mempercantik foto dibandingkan aslinya.

“Sebatas cropstraighten kalau objeknya miring sedikit kita luruskan supaya simetris, sedikit coloring, kalau ini lebih ke selera orang. Misalnya dia enggak terlalu into warna hijau jadi hijaunya ‘diturunkan’ supaya tidak terlalu kontras,” kata pria.

Dia telah memiliki akun Instagram sejak 2012, tapi hasil karya fotografi jalanan baru diunggah sejak tahun 2014. Genre ini dipelajari secara otodidak, tapi dia pernah kursus di sekolah foto Darwis Triadi untuk belajar fotografi secara umum. Rezha membuktikan bahwa gawai mutakhir bukan satu-satunya faktor untuk menghasilkan foto ciamik dan menarik menggunakan handphone, khususnya pada aliran fotografi jalanan.

“Sense dan cara mengobservasi itu penting,” katanya, menambahkan latihan adalah satu-satunya cara untuk mengasah kepekaan dalam memotret.

Perbanyaklah referensi dengan melihat karya-karya fotografer lain yang bisa menggali ide-ide kreatif ketika memotret. Baca buku atau jelajahi dunia maya untuk melihat karya inspiratif lain. Kiat lain yang diberikan Rezha adalah dekati objek alih-alih menggunakan fitur zoom agar kualitas foto tidak menurun.

Genggaman tangan saat memegang ponsel juga penting. Jagalah agar stabil dan tidak bergetar sehingga foto tetap tajam. Pakailah dua tangan untuk memegang ponsel atau tripod bila diperlukan.

Kelemahan lain dari memotret dengan ponsel adalah kualitas foto ditentukan dengan cahaya. Foto akan terlihat kurang bagus bila dijepret dalam situasi yang redup, mendung atau malam hari. Jadi, pakailah ponsel ketika memotret di tempat yang terang.

Pewarta : Antara

Redaktur: M Rakhmat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *