GRANAT: Kepri Sudah ‘Lampu Merah’ Peredaran Narkoba

Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Provinsi Kepulauan Riau, Syamsul Paloh
Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Provinsi Kepulauan Riau, Syamsul Paloh. (Foto: Randi Rizky K)

BATAM – Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT) Provinsi Kepulauan Riau, Syamsul Paloh, menyampaikan keprihatinan terhadap situasi peredaran narkoba di wilayah Kepri yang dinilainya telah berada dalam kondisi kritis.

Menurutnya, Kepri bukan lagi berada pada tahap darurat, melainkan sudah memasuki fase ‘lampu merah’ yang memerlukan perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan, terutama aparat penegak hukum dan pemerintah pusat.

“Ini bukan darurat lagi, tapi sudah lampu merah. Kepri ini sudah lampu merah jadi perlu perhatian khusus aparat penegakan hukum dan pemerintah pusat,” kata Syamsul usai menghadiri press release penangkapan tiga kurir sabu oleh Bea Cukai, Rabu 21 Mei 2025.

Syamsul menyoroti maraknya penyelundupan narkoba melalui jalur laut yang dinilai sebagai titik rawan utama. Dalam sepekan ini saja, kata dia, jumlah narkoba yang berhasil masuk ke Kepri bisa mencapai hitungan ton. Kondisi ini menunjukkan bahwa jaringan sindikat narkoba internasional memandang Kepri sebagai salah satu jalur utama dan pangsa pasar potensial.

Ia mengapresiasi berbagai pengungkapan kasus besar oleh TNI Angkatan Laut, Bea Cukai, serta Polda Kepri, namun menegaskan bahwa upaya penegakan hukum tidak boleh berhenti pada penangkapan kurir semata.

“Penegakan hukum tidak boleh berhenti pada batas penangkapan kurir. Harus dibongkar sampai ke pemesan, bandar, hingga aktor intelektualnya. Jangan biarkan mereka bersembunyi di balik klaim klasik seperti ‘saya hanya kurir’,” ujarnya.

GRANAT Kepri berencana menyurati pemerintah pusat untuk mendorong peningkatan anggaran sarana dan prasarana bagi aparat penegak hukum di Kepri, termasuk TNI AL, Ditpolairud, dan Bea Cukai. Menurutnya, dalam banyak kasus, sindikat narkoba memiliki kelengkapan dan teknologi yang bahkan bisa melampaui aparat.

“Cara kerja sindikat ini sangat terorganisir, konsepsional, sistematis, dengan mobilitas tinggi dan pendanaan yang tak terbatas. Mereka bahkan mungkin memiliki senjata dan alat yang lebih canggih dari aparat kita. Negara tidak boleh kalah dari sindikat!” ujarnya.

Ia menilai masuknya narkoba dalam jumlah besar melalui Aceh, Dumai, dan Batam sebagai pola strategis yang terus diulang dengan berbagai modus, termasuk penyelundupan melalui jalur laut dan metode lama seperti penyembunyian di tubuh manusia atau yang baru baru ini diberitakan melalui dubur.

“Modus lama pun diulang kembali. Ini menunjukkan bahwa kelengahan sedikit saja dari aparat dapat membuka peluang besar bagi masuknya narkoba dalam jumlah ton ke wilayah kita,” katanya.

Baca juga: Tim Gabungan Amankan Tanker Angkut Sabu Jumbo Di Perairan Karimun Sehari Setelah 2 Ton Narkotika Dimusnahkan

Pihaknya pun terus mendorong dan mendoakan agar semua aparat dapat menggagalkan setiap upaya penyelundupan narkoba. Ia juga mengajak semua elemen, termasuk media, untuk turut serta dalam perang melawan narkoba.

“Masalah narkotika ini bukan hanya tugas BNN atau polisi. Semua pihak harus terlibat, termasuk media yang punya peran penting dalam menyebarkan informasi objektif dan mengedukasi masyarakat,” katanya.

Dengan intensitas ancaman yang semakin meningkat dan keterlibatan jaringan internasional, Syamsul menegaskan bahwa pemberantasan narkotika di Kepri membutuhkan langkah luar biasa dan dukungan menyeluruh dari pusat agar wilayah ini tidak terus menjadi sasaran empuk sindikat narkoba internasional. (*)