Tanjungpinang – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad harapkan Pemerintah Pusat mampu menurunkan harga kedelai secara nasional.
Hingga kini harga kedelai masih tinggi, dan berdampak pada penurunan omzet produsen tahu-tempe.
“Secara nasional memang karena banyak kedelai impor, dan mudah-mudahan Pemerintah Pusat bisa menurunkan harga kedelai secara nasional,” kata Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, Rabu (23/02).
“Kalau Pemerintah Pusat kuat, ya subsidi lagi seperti minyak goreng,” tambah Ansar sambil tertawa kecil.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perdagangan dan Industir Kepulauan Riau, Aries Fhariandi mengatakan, masih samanya harga kedelai di Kepri dengan harga nasional dikarenakan kacang kedelai masih di impor.
“Barangnya saja impor. Jadi kita masih ikut kebijakan nasional,” kata Aries.
Ia menyampaikan, Pemerintah Provinsi Kepri masih menunggu kebijakan dari Pemerintah Pusat soal harga Kedelai yang tinggi.
“Kita tetap memantau dilapangan, tapi untuk harganya kita tidak bisa mengatur,” ucapnya.
Baca juga: Kementan: Gizi Kedelai Lokal Lebih Tinggi dari Kedelai Impor
Kenaikan harga kedelai berdampak kepada ukuran tahu tempe penjual gorengan.
Sebab, tahu tempe yang beredar di pasaran berukuran kecil dan tipis.
Penjual gorengan mau tak mau harus menyesuaikan tahu tempe yang akan dijual kepada masyarakat.
“Sekarang ibu potong tempenya dapat empat. Dulu bisa lebih. Itupun (hasil potongan tempe) tipis. Tahunya sekarang kecil,” kata Santi (50), penjual gorengan di Pasar Barek Motor Kijang, Kecamatan Bintan Timur, Bintan, Kepulauan Riau, Selasa (22/02).
Santi menuturkan, terpaksa menjual gorengan tahu tempe ukuran kecil dan tipis. “Hasil jualan jadi berkurang,” katanya.
Santi mengaku tidak tahu penyebab ukuran tahu dan tempe yang dibelinya dari pasar mulai berkurang. “Saya tidak tahu, kacang kedelai naik. Saya tahu minyak goreng naik,” sebut dia.
Penjual gorengan lainnya, Aldi memilih membeli tahu tempe langsung ke pabriknya. “Kami beli di pasar atau di warung, memang kecil,” ucap dia di Jalan Hang Jebat.
Hingga saat ini penjual gorengan belum berani menaikkan harganya, karena takut tak laku. “Kalau tempe sekarang hanya dapat lima sampai enam potong. Sebelumnya bisa sembilan potong,” katanya.