BATAM – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ansar Ahmad, merespons fenomena perang sarung saat bulan suci Ramadan di daerahnya. Padahal sarung sejatinya sebagai sarana untuk beribadah.
Perang sarung justru menjadi kegiatan ekstrem yang dikonotasikan negatif di kalangan anak-anak dan remaja. Bahkan fenomenanya ini lebih mengarah ke tawuran yang mirisnya banyak dilakukan oleh anak-anak sekolah.
Ansar mengatakan, fenomena perang sarung kerap terjadi saat malam hari tersebut jauh dari nilai-nilai budaya di Indonesia.
“Bulan suci Ramadan itu bukan identik dengan perang sarung, tetapi identik dengan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meningkatkan silaturrahim,” ujar Ansar, Senin 18 Maret 2024.
Para remaja yang melakukan aksi perang sarung ini memodifikasi sarung milik mereka masing-masing menjadi senjata yang keras untuk memukul lawan, ada juga sarung yang diikat menyerupai pecut.
Oleh karena itu, Gubernur Ansar meminta seluruh pihak untuk menekan fenomena ini dengan memberikan edukasi, khususnya para orang tua untuk selalu menjaga dan mengawasi aktivitas anaknya saat di luar rumah.
“Momentum ramadan ini jangan sampai kita salah memaknainya. Mari kita maknai ramadan ini sebagai ladang amal buat kita semua,” kata Ansar.
Tak hanya perang sarung, Ansar juga menyoroti video viral kasus perundungan (bullying) yang terjadi di salah satu SMK di Kota Batam beberapa waktu lalu.
Baca juga: Pemprov Kepri Anggarkan Rp114 Miliar untuk Bantuan Rumah Ibadah Tahun 2024
Menaggapi hal tersebut, pihaknya meminta Dinas Pendidikan (Disdik) untuk menyurati seluruh kepala sekolah di Kepri agar mengentrol lebih ketat aktivitas para pelajar serta memberikan edukasi kepada mereka maupun tenaga pendidik. Sehingga, hal serupa tidak terulang di kemudian hari.
“Karena kalau hal seperti itu terus dibiarkan, maka khawatirnya fenomena ini semakin marak terjadi,” kata Ansar. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News