Harga Kedelai Tinggi, Pengrajin Terpaksa Kecilkan Ukuran Tahu Tempe

Pengrajin tahu dan tempe di Tanjungpinang, Kepri saat memproduksi tempe. (Foto:Ardianyah Putra/Ulasan.co)

TANJUNGPINANG – Tinggi harga bahan baku kedelai, membuat pengrajin tahu dan tempe di Tanjungpinang, Kepulauan Riau harus mengecilkan ukuran produk tahu dan tempenya.

Perajin tahu dan tempe di Tanjungpinang mengeluhkan harga kedelai yang tinggi mencapai Rp710ribu per karungnya.

Ganis Tamam Rizaldi, salah seorang pengrajin tahu tempe mengatakan, ada kemungkinan harga kedelai nasional kembali meningkat.

“Kemungkinan itu ada, ini aja kita beli Rp700ribuan, setiap minggu kayaknya naik terus,” kata Ganis, saat ditemui, Rabu (02/11).

“Kenaikan harga setiap kali ambil nota itu kadang Rp5ribu hingga 10ribu. Itu terus naik sampai sekarang,” lanjutnya.

Ia mengaku, dengan adanya kenaikan harga kedelai, maka dirinya terpaksa harus menegecilkan ukuran untuk menekan biaya produksi.

“Itu inisiatif saya, soalnya perkumpulan pengrajin tahu dan tempe di Tanjungpinang belum menentukan apakah dikecilkan atau dinaikan harganya,” ucapnya.

Ia menyampaikan, saat ini ditempatnya mampu memproduksi tahu sebanyak 200 kilogram atau membutuhkan kedelai sebanyak empat karung.

Ia mengaku, sampai saat ini masih menggunakan kedelai lokal ketimbang kedelai impor yang berasal dari Malaysia.

“Kita masih pakai kedelai dari medan. Untuk harga tempe, kalau yang panjang kita jual Rp14ribu, kalau yang sudah dipotong seperti dipasaran kita jual Rp3,500,” ujarnya.

Kendati demikian, produksi tahu tempe ditempatnya masih tergolong aman karena biaya produksi yang tidak terlalu besar.