BATAM – Lonjakan harga gas alam cair (LNG) yang kini menembus lebih dari USD 16 per MMBTU memicu kekhawatiran di kalangan pelaku industri di Kota Batam, Kepulauan Riau.
Kondisi ini dinilai dapat menekan struktur biaya produksi dan mengancam daya saing sektor manufaktur, yang menjadi tulang punggung perekonomian kota tersebut.
Menanggapi hal ini, Badan Pengusahaan (BP) Batam langsung mengambil langkah strategis demi menjaga iklim investasi dan keberlanjutan operasional industri di wilayah tersebut.
“Kenaikan harga LNG adalah persoalan serius yang berdampak langsung pada keberlanjutan industri nasional, khususnya di Batam. Kami bergerak cepat untuk mencari solusi yang tepat dan inklusif,” kata Deputi Bidang Investasi dan Pengusahaan BP Batam, Fary Djemy Francis, dalam keterangan tertulisnya, Ahad 1 Juni 2025.
Keluhan soal tingginya harga LNG ini disampaikan langsung oleh sejumlah pelaku industri saat Fary mengunjungi beberapa kawasan industri di Batam pekan lalu. Mereka mengkhawatirkan lonjakan harga tersebut akan mengganggu stabilitas produksi, terutama bagi sektor-sektor padat karya dan berorientasi ekspor.
Sebagai respons cepat, BP Batam segera menjalin koordinasi dengan berbagai asosiasi industri nasional, seperti Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), dan Himpunan Kawasan Industri (HKI). Tujuannya, merumuskan usulan kebijakan harga gas yang lebih kompetitif dan berkeadilan untuk wilayah Batam.
Tak hanya itu, BP Batam juga membuka ruang dialog dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Perindustrian, guna memperjuangkan kebijakan harga gas khusus bagi kawasan industri Batam. Fasilitasi negosiasi antara pelaku industri dengan Perusahaan Gas Negara (PGN) dan PLN pun sedang dipersiapkan, dengan harapan adanya relaksasi atau subsidi harga bagi sektor-sektor terdampak.
Langkah lain yang tengah dikaji adalah percepatan pembangunan infrastruktur energi, termasuk terminal mini regasifikasi LNG dan pengembangan jaringan pipa gas dari Natuna ke Batam. Investasi di sektor ini akan dibuka luas untuk menarik mitra strategis dari dalam dan luar negeri.
“Kami ingin memastikan Batam tetap menjadi simpul utama industri nasional. Masalah ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut,” ujar Fary menegaskan.
Lebih jauh, BP Batam juga memproyeksikan Batam sebagai bagian penting dari peta ketahanan energi nasional ke depan. Pengembangan kawasan industri hijau berbasis energi terbarukan menjadi salah satu pilar transformasi jangka panjang.
Batam merupakan salah satu kawasan industri terbesar di Indonesia, dengan ribuan perusahaan manufaktur yang berkontribusi signifikan terhadap ekspor nasional. Letaknya yang strategis di jalur perdagangan internasional, berdekatan dengan Singapura dan Malaysia, menjadikan Batam gerbang utama ekspor Indonesia ke pasar Asia dan global. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News