Harga Pupuk Mahal Diduga Pemicu Harga Sayur Naik

Harga Pupuk Mahal Diduga Pemicu Harga Sayur Naik
Warung milik Uni di pasar Pancur, Sei Beduk, Batam. (Foto: Muhamad Ishlahuddin)

BATAM – Harga pupuk mahal diduga pemicu kenaikan harga sayuran dalam beberapa pekan terakhir di Pasar Pancur, Kecamatan Sei Beduk, Batam, Kepulauan Riau.

“Kakung biasanya Rp6 ribu per kilogram, sekarang Rp15 ribu, Bayam Rp15 ribu, kadang sampai Rp20 ribu. Timun kita ambil dari petani Rp15 ribu, kita jual Rp17 ribu. Terong dulu Rp10 ribu sekarang Rp18 ribu. Semua naik,” kata Uni, salah satu pedagang di Pasar Pancur, Minggu (3/7).

Uni menilai, selain faktor cuaca, tingginya harga sayuran disebabkan harga pupuk yang digunakan oleh petani naik.”Gagal panen juga karena cuaca, makanya tinggi [harganya]. Pupuk mahal. Jadi petani pun jual ke kita tinggi,” kata dia.

Uni mengaku berbagai macam sayuran yang masuk ke tempatnya berasal dari petani lokal daerah sekitar. “Di Bagan sana ada petani, kalau udah panen dia antar barangnya ke sini. Tengoklah itu [menujuk sayur sawi] luas kebun dia tanam setengah hektare, tapi yang jadi segitu. Itu juga bikin naik,” kata dia.

Ia sebagai penjual merasa serba salah dengan situasi kenaikan harga ini. Jika ia tak menjual dengan harga pasaran, tentu akan merugikannya karena modal yang tinggi.

“Mahal semua sekarang takada yang murah. Naik dua kali lipat, tiga kalipat malahan. Kasihan juga orang-orang itu [pembeli], tapi serba salah juga,” kata dia.

Uni mengakatan, saat ini harga cabai di tempat juga masih tinggi. Cabai merah Rp100 ribu per kilo, cabai rawit Rp 95 ribu per kilo dan cabai setan Rp120 per kilo.

“Dulu sehari kita bisa jual 50 kilo, sekarang cuma 15 kilo. Semua dirugikan karena masalah naik. Cabe rawit yang dulu Rp30 sampai Rp40 ribu sekarang 95 ribu per kilo,” katanya.

Pupuk Mahal, Sayur Ikut Mahal

Suryono, salah seorang petani mengatakan, harga pupuk saat ini mahal sehingga sayur menjadi mahal.

“Pupuk yang mahal, biasa standar Rp400 ribu sekarang Rp900 ribu, itu pupuk daun yang per 50 kilogram. Makanya kita jual tinggi [sayur],” kata Suryono ditemui saat mengantar sayur ke Pasar Pancur.

Saat ini menurutnya, harga yang ada di pasaran sesuai dengan modal yang dikeluarkan untuk berkebun. “Kalau dijual Rp4 ribu ya tekorlah kita. Belum pupuk Rp900 ribu, belum minyak buat mesin siram sayur, benih. Apalagi kalau ketemu hama, mana harga racun hama naik juga,” katanya.

Ia juga perihatin dengan harga sayur yang kini melambumg tinggi, namun jika harga tersebut di bawah itu justru merugikannya.

“Janganlah diturunkan, tekorlah kami, mana bisa ketutup. Tapi saya kasihan juga ibu-ibu rumah tangga itu, cuma mau bagaimana lagi,” kata dia.

Harga pupuk dan barang kebutuhan pertanian lainnya diakuinya naik sejak masa pandemi. Namun, ia berharap harga tersebut bisa turun.

“Permintaan kita ke pemerintah, iya kalau bisa harga pupuk, obat hama, benih itu bisa stabillah, kalau tidak bisa paling enggak turun,” katanya.

Baca juga: Musim Hujan, Harga Sayur di Pasar Tradisional Bintan Mulai Naik