Harga Pupuk Tinggi, Petani Terpaksa Berhenti Menanam

Kadis Pertanian Natuna Harap Petani Cabai Atur Pola Tanam
Salah seorang petani Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau sedang panen cabai di kebunya (Foto : Istimewa)

NATUNA – Petani di Natuna, Kepulauan Riau sebagian berhenti bercocok tanam lantaran harga pupuk naik hingga Rp880 ribu per karung dan mengakibatkan petani beralih profesi.

Hal tersebut berdampak pasokan cabai di pasaran yang turut berkurang ditambah cuaca buruk, sehingga memicu harga cabai menjadi tinggi.

Menurut pedagang di Toko Tani Maju Bersama, Hendrik mengatakan, harga pupuk merangkak naik sejak awal tahun lalu. Harga pupuk yang sebelumnya Rp480 ribu perkarungnya kini naik menjadi Rp880 ribu per karung.

Hendrik yang juga menampung hasil pertanian di Natuna dan luar Natuna itu mengungkapkan, akibat naiknya harga pupuk maka para petani terpaksa berhenti menanam. Pasalnya tidak memiliki cukup modal untuk membeli pupuk.

“Hampir 70 pesen petani di Natuna jual hasil pertanian ke saya. Petani menengah ke bawah mereka tidak bertani lagi. Karena cari kerja lain,” ucap Hendrik melalui sambungan telepon, Rabu (07/09).

Baca juga: Harga Cabai Merah dan Rawit di Natuna Tembus Rp110 ribu per Kilogram

Untuk mensiasati hal tersebut, ia pun membeli hasil pertanian dari luar Natuna namun harga diperkirakan tidak turun drastis.

“Tidak turun jauh, karena di luar juga masih mahal. Kemungkinan cabai Rp90 ribu per kilogramnya, dan pedagang pasar bakalan jual Rp100 ribu hingga Rp105 ribu,” ujarnya.

Salah seorang petani cabai rawit, Bukhari mengatakan, dampak dari naiknya harga pupuk kimia, ia terpaksa mencari solusi dengan menggunakan pupuk organik.

“Saya tetap nanam tapi, pakai pupuk organik dari bekas limbah ikan,” ucapnya.

Bukhari menyebutkan, hasil dari pupuk organik sedikit susah untuk bersaing dengan hasil pupuk kimia ketika dijual di pasar. Pasalnya hasil pertanian menggunakan pupuk kimia lebih baik.

“Harganya juga pasti mahal,” tutupnya.

Baca juga: Harga Sayuran dan Cabai di Kijang Merangkak Naik