Hirup Gas Beracun Pembuangan Limbah Ilegal, Enam Pekerja Pabrik  Tewas di India

Hirup Gas Beracun Pembuangan Limbah Ilegal, Enam Pekerja Pabrik  Tewas di India
Sejumlah pekerja sebuah pabrik perwarnaan dan percetakan di Surat, India, dibawa ke rumah sakit pada Kamis (6/1/2022) setelah mereka, menurut para pejabat daerah setempat, menghirup gas beracun dari limbah kimia. ANTARA/REUTERS/Stringer/tm (REUTERS/STRINGER)

India – Hirup gas beracun pembuangan limbah ilegal, enam orang pekerja pabrik pewarnaan dan percetakan tewas dan 20 orang dilarikan ke rumah sakit di India pada Kamis (06/01).

Bencana gas beracun itu terjadi di kota industri Surat di Negara Bagian Gujarat sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Para pekerja berada di pabrik saat sejumlah bahan kimia dibuang di dekat lokasi itu, kata polisi dan seorang petugas pemadam kebakaran.

“Bahan kimia dibuang secara ilegal dari sebuah kapal tanker ke sungai dekat pabrik, yang mungkin bereaksi dengan bahan kimia lain di dalam air dan menciptakan gas beracun,” kata kepala departemen pemadam kebakaran Surat Municipal Corporation, Basant Pareek, kepada Reuters.

“Para pekerja menghirup gas dan mulai merasa sesak napas. Ketika kami sampai di tempat kejadian, para pekerja ditemukan pingsan di jalan dalam upaya mereka untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.

Baca Juga: Rumah Sakit di India Terbakar, 4 Bayi Tewas

Enam pekerja meninggal sementara 23 orang dirawat di rumah sakit. Tujuh di antara mereka yang dirawat berada dalam kondisi kritis dan dipasangi ventilator, kata Pareek.

Pejabat tinggi kepolisian India Sharad Singhal mengatakan para petugas sedang menyelidiki peristiwa itu tetapi belum melakukan penangkapan.

“Ini bukan kebocoran gas yang tidak disengaja. Bahan kimia berbahaya sedang dalam keadaan dibuang saat insiden itu terjadi,” katanya.

India sebelumnya pernah mengalami bencana industri terburuk di dunia pada 1984 ketika gas metil isosianat bocor dari pabrik pestisida milik American Union Carbide Corporation di Kota Bhopal. Peristiwa kebocoran gas itu menewaskan lebih dari 5.000 orang. (*)