IHSG Nyungsep hingga 7 Persen, Menko Airlangga: Ekonomi Indonesia Masih Baik

Ilustrasi pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto:Dok/JP/Nurul Fitriana)

JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini dibuka dan kembali melemah 1,16 persen ke level 6151. Bahkan, Selasa 18 Maret 2025 kemarin IHSG mengalami penurunan hingga 7 persen ke level Rp6.084.

Penurunan IHSG hingga 7 persen menjadi yang terendah sejak pandemi Covid-19.

Bahkan Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menutup sementara perdagangan saham sesi I kemarin, atau tepatnya di pukul 11:19 WIB, karena turun lebih dari 5 persen ke level 6.146,91.

Melansir cnbcindonesia, jatuhnya IHSG diawali dengan rontoknya saham-saham unggulan (bluechips) seperti bank-bank besar, dan emiten teknologi raksasa konglomerat.

Belum lagi sejumlah emiten lain milik konglomerat kenamaan RI, turut menjadi pemberat gerak IHSG.

Saham DCI Indonesia (DCII) yang kembali menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) atau ambruk 20 persen ke level 115.800 menjadi pemberat utama.

Sebagaimana diketahui, saham DCII sebelumnya reli panjang dengan kenaikan harian selalu menyentuh auto reject atas (ARA).

Namun, kondisinya langsung berbalik arah setelah saham tersebut keluar dari papan pemantauan khusus.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa fundamental perekonomian Indonesia masih baik, meski IHSG sempat anjlok kemarin, Selasa 18 Maret 2025.

Pada situasi tersebut, Menko Airlangga mengku sudah melaporkan kondisi IHSG kepada Presiden Prabowo.

“Fundamental ekonomi kita kan kuat, tentunya beberapa isu yang dikembangkan itu tidak benar adanya, diperjelas saja,” kata Airlangga Hartarto, usai bertemu Presiden Prabowo Subianto, Selasa 18 Maret 2025 kemarin.

Menurut Presiden Prabowo, kata Airlangga, fundamental ekonomi RI masih baik dan tingkat inflasi inti Indonesia pada bulan Februari sebesar 2,48 persen.

Sementara Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan Purchasing Manager Index (PMI) sampai Februari masih tinggi 53,6 persen.

Hal itu didukung dengan pertumbuhan kredit di Januari 2025 sebesar 10,3 persen, dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 5,51 persen, serta cadangan devisa relatif masih tinggi di akhir Februari 2025.

“Pertumbuhan kredit di bulan Januari juga 10,3 persen, dana pihak ketiga dari perbankan sekitar 5 persen, di akhir Februari cadangan devisa masih tinggi,” jelas Airlangga.

Airlangga melanjutkan, sektor industri juga masih tumbuh seperti makanan dan minuman, logam dasar, tekstil, hingga perlengkapan mesin.

Adapun neraca ekspor juga tumbuh positif di bulan Februari mencapai US$ 14 miliar, dan neraca perdagangan surplus sampai 6,61 persen.

“Jadi dari berbagai kondisi tersebut kami laporkan bahwa perekonomian Indonesia secara fundamental masih baik. Kita bisa melihat GDP growth kita dibandingkan Malaysia, Chile itu relatif masih tinggi. Inflation kita salah satu yang terendah termasuk di ASEAN.Kemudian current account balance juga masih atau budget deficit juga masih kita jaga di 3 persen,” katanya.

“Kemudian juga terkait dengan FDI dibandingkan persentase GDP kita juga relatif baik di sekitar 1,5 persen. Jadi dari keseluruhan ekonomi kita berada dalam fundamental posisi yang kuat,” sebut Airlangga menutup wawancara.

Penulis: cnbcIndonesiaEditor: Adly Hanani
Close