JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah melaksanakan proses penyelesaian kontrak pembelian 12 unit pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) atau drone multirole ANKA dari Turkiye.
Pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk kebutuhan TNI tersebut, diumumkan lewat siaran pers resmi Kemhan RI, Senin (31/07).
Drone ANKA yang dipesan Kemhan tersebut, merupakan buatan Turkish Aerospace Industries atau TUSAS dengan kontrak pembelian senilai 300 juta dolar AS.
Penandatanganan kesepakatan dilaksanakan pada 2 Februari 2023 di Kantor Kementerian Pertahanan Indonesia, Jakarta, Indonesia.
Nantinya, 12 unit UAV ANKA tersebut akan dikirimkan dalam tiga sistem, 6 unit untuk TNI Angkatan Udara, 3 unit untuk TNI AD, dan 3 unit untuk TNI AL.
Proyek pengadaan ini juga memasukkan program offset dan transfer teknologi (ToT), untuk industri dan Universitas Indonesia sebagai manfaat penerima,
Kemudian dilanjutkan dengan konten lokal untuk perakitan akhir dan MRO. Kemudian Turkish Aerospace juga mendukung perancangan UAV lokal Indonesia, yakni proyek UAV Elang Hitam.
Pada skema ToT, Indonesia melalui PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan merakit enam unit UAV ANKA yang dipesan dari Turkiye.
Hal ini sebagai bagian dari kontrak pembelian 12 unit kendaraan udara tak berawak bersenjata (UCAV) buatan Turkish Aerospace (TA) tersebut.
Terlebih dahulu, enam unit Anka yang dibuat di Turkiye akan dikirimkan ke Indonesia. Hal ini dikatakan Presiden dan CEO Turkish Aerospace Temel Kotil, seperti dilaporkan Kompas.id.
UAV ANKA
ANKA merupakan UAV atau drone jenis MALE (Medium-Altitude Long-Endurance ). ANKA dapat terbang pada siang dan malam hari dalam berbagai kondisi cuaca.
Kemudian, ANKA juga dijejali muatan perangkat elektrinik yang canggih untuk kecerdasan gambar waktu nyata, misi penghancuran target untuk pengintaian, pengintaian, deteksi target tetap/bergerak, bantuan, bantuan, dan pelacakan.
Untuk ketahanan, ANKA mampu bertahan di udara selama 24 jam pada ketinggian 30 ribu kaki dan dapat membawa muatan seberat lebih dari 350 kilogram.
Hingga saat ini, sekitar 50 unit Anka telah didistribusikan oleh perusahaan ke para pelanggannya ke berbagai negara di dunia.
Negara operator ANKA
Selain Indonesia, Aljazair juga memesan 10 unit drone ini dan Chad memesan dua unit drone ANKA.
Jumlah pesanan 24 unit ANKA dari tiga negara tersebut diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS, seperti yang diwartakan SavunmaSanayiST.
Pelanggan ekspor pertama ANKA adalah Tunisia pada tahun 2020. Angkatan Udara Tunisia tiga drone ANKA dan tiga Stasiun Kontrol Darat (YKI) seharga 80 juta USD.
Kemudian pesanan kedua datang dari Kazakhstan, yang memesan tiga unit ANKA. Total Kazakhstan berencana membeli 30 unit lagi, dan memproduksinya secara lokal dengan dukungan teknis dari TAI.
Dilaporkan, Malaysia telah memutuskan untuk mengakuisisi drone ANKA. Malaysia disebut mendapatkan tiga sampai sembilan unit ANKA pada tahap pertama.