Indonesia Pinjam Rp4,5 Triliun dari Bank Dunia Tangani TBC

Gedung World Bank. (Foto:net)

JAKARTA – Bank Dunia menyetujui pinjaman sebesar US$300 juta atau setara Rp4,5 triliun oleh Pemerintah Indonesia, untuk penanganan penyakit tuberkulosis (TBC).

Pihak Bank Dunia menyebutkan, tantangan Indonesia semakin meningkat untuk mengobati kasus TBC terutama sejak awal pandemi Covid-19.

Bahkan, sebelum pandemi, Indonesia merupakan penyumbang jumlah TBC terbesar ketiga secara global.

Pinjaman tersebut, untuk mendukung meningkatkan cakupan, kualitas, dan efisiensi penanganan TBC di Indonesia.

“Pembiayaan Bank Dunia akan mendukung penguatan Program Tuberkulosis Nasional yang sempat sangat terhambat oleh pandemi Covid-19,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan resmi Bank Dunia, Senin (16/1).

Tahun 2021 lalu, Indonesia menyumbangkan sekitar 9 persen dari total 10,6 juta kasus TBC baru di seluruh dunia.

Bahkan Indonesia memiliki kejadian kasus TBC lebih dari 969 ribu orang dan lebih dari 150 ribu orang meninggal setiap tahunnya, akibat penyakit menular ini.

Kasus TBC berdamapak signifikan terhadap kesehatan dan modal manusia, dan beban ekonomi. Sebuah penelitian memperkirakan, bahwa total biaya tahunan terkait TBC di Indonesia mencapai US$6,9 miliar.

Baca juga: Warung Tak Bisa Lagi Jual Gas Elpiji 3 Kilogram Eceran

Nilai tersebut termasuk hilangnya produktivitas karena mengidap penyakit ini dan kematian dini.

“Ini dana pinjaman akan membantu agenda transformasi kesehatan kementerian, melalui penguatan respons layanan kesehatan primer dan pencapaian tujuan kami, untuk mengurangi 90 persen kasus baru TBC pada tahun 2030,” imbuh Budi.

Skema pembiayaan akan diimplementasikan dalam kemitraan bersama Global Fund, melalui mekanisme pembelian berbasis hasil yang inovatif. Di mana Global Fund menyediakan sejumlah US$20 juta, untuk mengurangi pembayaran bunga dan pokok Pemerintah Indonesia.

Global Fund merupakan kemitraan internasional yang didanai, terutama oleh pemerintah berbagai negara untuk mempercepat berakhirnya AIDS, tuberkulosis, dan malaria sebagai epidemi.

Selain itu, pembiayaan ini menggunakan pendekatan berbasis hasil yang akan terfokus pada tiga area. Pertama, memperkuat respons terkait penanganan TBC di tingkat daerah atau sub-nasional, seperti penemuan kasus, cakupan pengobatan, dan respons tepat waktu, di mana hasil dari area pertama ini akan terhubung dengan transfer fiskal daerah.

Baca juga: Ekonomi RI 2023 Bisa Tahan Resesi, Namun Sulit Hindari Stagflasi

Kedua, untuk memperkuat tanggapan terhadap penanganan TBC di antara penyedia layanan kesehatan primer, termasuk penyedia layanan kesehatan swasta.

Pembiayaan akan membantu menghubungkan penyedia layanan dari sektor swasta dengan program TBC nasional, dan memudahkan mereka untuk memberi tahu, mendiagnosis, dan mengobati TBC dengan meningkatkan akses mereka pada diagnostik dan obat-obatan yang disediakan oleh Program Tuberkulosis Nasional.

Selanjutnya ketiga, meningkatkan sistem digital untuk TBC dan kebijakan yang terinformasi dengan baik, melalui penciptaan ekosistem yang bertujuan meminimalkan beban pelaporan dan meningkatkan ketersediaan dan keandalan data.

Ekosistem ini akan mendukung ekuitas, pemerataan akses, dan pemantauan program TB yang lebih baik bagi layanan kesehatan sektor publik dan swasta.

“Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam memberantas TBC dan Bank Dunia bangga mendukung perjuangan ini. Pembiayaan kami akan memperkuat respons Indonesia terkait TBC sambil membuka jalan bagi sistem perawatan kesehatan primer yang lebih kuat, menggabungkan pelajaran yang didapat dari program ini,” jelas Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.

Baca juga: Rute Penerbangan Batam-Korsel Dibuka Februari 2023