Ini 7 Pelajaran Kenapa Singapura Cepat Damai dengan COVID-19

Foto : Antara

Jakarta – Masyarakat kita boleh julid terhadap masyarakat Singapura yang sedang bersiap memasuki fase berdamai dengan virus corona. Tapi sebaiknya pahami dulu bagaimana mereka bisa sampai ke rencana tersebut. Setidaknya ada tujuh pelajaran kunci yang dipaparkan Duta Besar RI untuk Singapura, Suryo Pratomo.

Pertama, pemerintah dan segenap masyarakat di “Negeri Singa” melakoni berbagai pembatasan dengan ketat. Ada masa ketika selama berbulan-bulan mereka hanya boleh keluar rumah berdua, berlima, hingga berdelapan. Tapi sejak awal Mei lalu, ketika varian Delta diketahui telah menyusup ke negera itu, rem kembali ditekan. Aktivitas sosial otomatis kembali serba ketat.

Tapi masyarakat Singapura menerima dan menjalankan kebijakan dengan penuh kesadaran, kepatuhan. Bagi mereka penerapan protokol kesehatan secara dispilin adalah mutlak.

“Mengenakan masker di ruang publik tak bisa ditawar. Bila dilanggar dendanya SG$ 300,” kata Suryo Pratomo yang biasa disapa Tommy itu, kemarin.

Begitu pun kepada para pengelola restoran yang diketahui membiarkan terjadinya pelanggaran prokes akan dikenai denda hingga SG$ 1000. Atau restoran akan ditutup selama 1-2 pekan.

Ketiga, dengan tingkat pendidikan masyarakat Singapura yang sudah sangat baik, mereka tidak mempercayai teori konspirasi terkait corona ini. Mereka juga punya pengendalian diri yang tinggi untuk tidak mudah memposting informasi provokatif dan hoax agar terhindar dari hukuman.

Pelajaran keempat, Tommy melanjutkan, adalah penggunaan teknologi digital berupa aplikasi Trace Together. Hal ini memudahkan Gugus Tugas Kesehatan melacak potensi sebaran bila ada warga terpapar corona. “Warga yang di ponselnya tak punya aplikasi tersebut atau mempunyai token khusus, dilarang menggunakan fasilitas umum,” kata Tommy.

Singapura juga dikenal keras dalam penegakkan hukum apalagi terhadap orang asing. Ketika Februari lalu ada 12 warga Inggris berselfie ria tanpa masker di area publik, mereka segera dipulangkan ke negara asal.

Keenam, Singapura gencar melakukan vaksinasi dari anak-anak hingga orang dewasa. Pelajaran ketujuh, para pejabat pemerintahan tidak saling mengedepankan ego sektoral. Juga memberikan teladan yang nyata dalam mematuhi protokol kesehatan, dan tidak melakukan perjalanan dinas ke luar negeri.

“Sejak Februari 2020 tak ada pejabat tinggi Singapura yang ke luar negeri, kecuali Menlu. Itu begitu kembali dia menjalani karantina 21 hari,” kata Tommy. *

pewarta : detik.com
Editor : MD Yasir