BATAM – Pencarian buaya lepas dari penangkaran PT Perkasa Jagat Karunia (PJK) di Pulau Bulan, Kota Batam, Kepulauan Riau, terus dilakukan. Namun ternyata tidak semua buaya boleh ditangkap. Ada ciri khusus diperhatikan masyarakat maupun pihak terkait.
“Buaya yang lepas memiliki ciri khusus pada salah satu sirip ekornya yang dipotong, berbeda dengan buaya liar,” ujar Kapolsek Bulang Iptu Adyanto Syofyan, Ahad 19 Januari 2024.
Untuk itu ia mengimbau masyarakat agar tetap waspada dan segera melapor jika menemukan buaya di Pulau Bulan dan sekitarnya. Masyarakat juga diminta tidak bertindak sendiri dan menyerahkan penanganan kepada pihak berwenang untuk keselamatan bersama.
“Jaga keamanan, tetap tenang, dan segera laporkan jika ada tanda-tanda keberadaan buaya,” ujarnya.
Sementara itu untuk menciptakan keamanan dan mengantisipasi gangguan kamtibmas, Polsek Bulang menggelar patroli bersama dengan Koramil 02 Sekupang, SKW II Batam BB KSDA Riau, Babinpotmar Pulau Mengkada, PT PJK, dan masyarakat.
“Operasi mencakup perairan Pulau Bulan, Pulau Seraya, Pulau Mengkada, dan Pulau Buluh, menggunakan speedboat PT PJK, Babinpotmar, serta speedboat masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya perburuan dilakukan malam hari karena buaya lebih mudah terdeteksi dalam kondisi gelap. Sementara pada siang hari tim bersiaga di Pelabuhan PT ITS Pulau Bulan untuk merespons laporan masyarakat dengan cepat.
“Upaya ini untuk menjamin keselamatan warga dan menjaga ekosistem serta mengurangi potensi konflik antara manusia dan satwa liar,” ujarnya.
Baca juga: Masyarakat Sudah Tangkap 23 Ekor Buaya yang Lepas dari Penangkaran Pulau Bulan
Sementara itu Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Batam BBKSDA Riau, Tommy Steven Sinambela menegaskan bahwa buaya yang lepas dari penangkaran berbeda dengan buaya liar.
Ia mengingatkan agar masyarakat tidak sembarangan memburu buaya, karena dikhawatirkan yang diburu adalah buaya liar yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Jangan sampai masyarakat sibuk berburu, padahal yang mereka temui bisa jadi buaya liar yang bukan milik perusahaan,” ungkap Tommy.
Dia juga membenarkan bahwa buaya di penangkaran memiliki ciri khas yang membedakannya dengan buaya liar, salah satunya tanda khusus pada sirip yang dipotong.
“Buaya ini bisa hidup di air asin, namun yang membedakan mereka jelas ada tanda pada sirip atau ekornya,” jelasnya.
Tommy juga menjelaskan bahwa buaya yang dibesarkan dalam penangkaran memiliki insting berburu yang lebih rendah dan tidak agresif terhadap manusia, karena mereka sudah terbiasa mendapatkan makanannya setiap hari dari penjaga.
“Mereka jadi lebih jinak. Bahkan kalau dilepas, besar kemungkinan mereka akan kembali,” jelasnya mengakhiri wawancara. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News