Ini Kata Pangamat Otomotif Soal Mesin Diesel Gunakan B35

Ilustrasi minyak sawit bahan Biodiesel B35. (Foto:Net)

JAKARTA – Pemerintah resmi menetapkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis Biodiesel B35 mulai 1 Februari kemarin, namun bagaimana dampaknya bagi mobil bermesin diesel.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdhalifah Machmud sebelumnya telah menjelaskan apa itu B35.

Ia menjelaskan, Biodiesel B35 merupakan campuran bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit yaitu Fatty Acid Methyl Esters (FAME).

Adapun kadar minyak sawitnya adalah sebesar 35 persen, sementara 65 persen lainnya merupakan BBM jenis solar.

Selain itu, Kementerian ESDM menyatakan, program B35 merupakan langkah antisipasi lonjakan harga minyak dunia serta menekan impor solar.

Pengamat otomotif sekaligus pakar kelistrikan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi mengatakan, pemilik kendaraan harus lebih memerhatikan kondisi mesinnya saat mengisi bahan bakar biodiesel B35.

Sebab, lanjut Agus Purwadi, ada potensi risiko korosi dari penggunaan biofuel yang terus menerus.

“Di satu sisi, mungkin yang menjadi perhatian adalah dari sisi kendaraannya. B35 ini kan kadar airnya lebih tinggi jadi servisnya lebih sering. Jadi perawatannya harus lebih baik, setidaknya filter yang perlu lebih sering diganti,” ucap Agus, Kamis (2/2).

Baca juga: Besok Indonesia Mulai Terapkan Penggunaan BBM Jenis Biodiesel B35

Menurutnya, dari sisi energi Biodiesel B35 merupakan hal yang sangat baik karena mengurangi impor minyak mentah yang sangat besar.

Belum lagi saat ini mobil bermesin diesel menjadi idaman dan bahkan penjualannya meningkat dibandingkan 2021.

“Kalau dari datanya Gaikindo itu lebih dari 200 ribu unit mobil diesel terjual, atau sepertiga dari total penjualan domestik 1 juta unit. Jadi, itu akan memperbaiki juga dan kita punya alternatif BBM,” jelas Agus.

“Kita juga kan lagi ngembangin Bensa (Bensin Sawit). Itu buat mobil bensin bukan diesel. Itu bagus juga karena Indonesia saja yang punya,” Agus menambahkan.

Agus Purwadi berharap, Bensa dapat dikembangkan dengan cepat. Ini akan mengurangi emisi lebih besar lagi, jika dipadukan dengan teknologi elektrik atau mobil hybrid.

“Kalau dikombinasi dengan elektrik jadi lebih bagus. Kalau di hybrid, mesinnya bisa pakai biofuel. Itu dampak emisinya bisa lebih turun lagi. Sekarang juga kita sudah mengembangkan untuk avtur juga, bahan bakar pesawat terbang, karena ini keunggulan kita punya sawit yang memang produktif untuk bahan bakar,” terangnya dikutip dari mnc.

Agus mengingatkan, untuk melakukan perawatan lebih cepat dibandingkan yang direkomendasikan pabrikan. Ini untuk menjaga mesin tetap memiliki kinerja maksimal.

Baca juga: Harga Pertamax Turbo dan Pertamina DEX Naik Lagi