Jeritan Sopir Angkot yang Semakin Sulit Mencari Penumpang

Sopir angkot di Tanjungpinang saat menyapa penumpang di teminal pasar Kota Lama Tanjungpinang Jalan Merdeka, Rabu (7/9). (Foto:Alan Prathama Artha/Ulasan.co)

Sejumlah sopir angkutan kota (Angkot) di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau mengeluh semakin sulitnya mencari penumpang di tengah situasi Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi naik.

Walau ada penyesuaian tarif untuk penumpang angkot. Namun tetap saja kenaikan tarif bukan menjadi solusi terbaik. Malah semakin berkurang calon penumpang yang akan naik angkot.

Yoki, seorang sopir angkot yang mangkal di terminal pasar kota lama Tanjungpinang sehari-hari hanya terduduk lesu di pos penjagaan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di terminal itu.

Ia bersama sopir angkot lainnya, saban hari duduk mangkal di pos penjagaan Satpol PP itu sembari memandang ke arah mobil angkotnya yang parkir di terminal tepat di seberang Kantor Polsek Tanjungpinang Kota.

Saat awak Ulasan.co bertandang ke pos mangkal para sopir angkot itu, Rabu (7/9) sesekali terdengar suara teriakan sopir yang khas untuk mencari penumpang yang berdiri di samping mobil angkotnya.

Beberapa sopir pun terlihat memandang kosong, saat duduk di pos tersebut sembari menunggu gilirannya untuk menangkut penumpang di terminal. Ada juga sopir yang sambil bergurau untuk menghibur diri.

Ketika itu, jumlah penumpang yang naik angkot di teminal hanya hitungan jari. Rata-rata penumpangnya ibu-ibu, yang mau pulang setelah berbelanja di pasar.

Yoki bercerita, sejak harga BBM subsidi naik dirinya harus menyesuaikan tarif perjalanan yang baru bersama rekan sopi lainnya. Walau ia bersama rekan-rekannya itu tahu penumpang akan sepi jika tarif naik.

Menunggu

Ia bersama sopir lainnya kini terpaksa hanya bisa menunggu penumpang di terminal pasar saja. Sebab jika harus keliling mencari penumpang, tentunya membutuhkan BBM dengan jumlah besar yakni 20 liter.

Yoki melanjutkan, padahal sebelum harga BBM naik jam ia menambang hanya sampai pukul 17.00 WIB sore. Kini sejak BBM naik, dirinya harus menunggu penumpang hingga pukul 22.00 WIB.

Biasanya, kata Yoki, minimal pendapatan hasil menambang angkot kurang lebih Rp100 ribu. Kini setelah situasi BBM naik, pendapatannya jauh menurun yang per harinya hanya mencapai Rp30 ribu dan paling Rp50 ribu saja.

“Untuk rute perjalanan masih sama, hanya mengalami kenaikan tarif saja. Biasanya dari pasar kota lama ke Batu 6 itu Rp5 ribu, kini naik menjadi Rp7 ribu. Kemudian dari pasar kota lama ke wilayah Batu 9 naik menjadi Rp10 ribu. Dengan kenaikan harga itu penumpang jadi sepi,” kata dia, Rabu (7/9).

Selamet, yang juga rekan Yoki juga menyatakan hal yang sama. Sepinya penumpang yang mau naik angkot lantaran kenaikan tarif.Selamet berharap Pemerintah KotaTanjungpinang dapat memperhatikan keberadaan angkot di Kota Tanjungpinang.

“Saya dan sopir lainnya berharap pemerintah lebih memperhatikan keberadaan angkot di Kota Tanjungpinang, yang mana angkot sudah sejak lama ada dan menjadi ciri khas di Tanjungpinang. Kemudian harapannya, pemerintah dapat mengkaji ulang kebijakan BBM subsidi bagi angkutan umum,” ujar Selamet.

Penulis: Alan Prathama Artha/Magang

Mahasiswa Komunikasi FISIP UNRI.